Recent Posts

Mutiara Tauhid Renungan #456
MULAI DARI MANA

 


Dari manakah kita harus mulai bila ingin bisa meneladani perilaku Muhammad Rasulullah SAW?

Kata kuncinya, perilaku adalah hanya cerminan dari keyakinan yang tertanam di kalbu. Bila semua keyakinan kita sama dengan keyakinan Rasulullah maka tanpa kita maupun perilaku kita otomatis akan sama dengan beliau.

Saatnya menyadari …, kita hanya bisa mengcopy perilaku Rasulullah SAW bila kita mengcopy keyakinan2 beliau.

PENYEBAB TIDAK BISANYA MENELADANI RASULULLAH SAW BUKANLAH LANTARAN BELIAU SEORANG NABI, TAPI KARENA BANYAKNYA KEYAKINAN KITA YANG TIDAK SAMA DENGAN KEYAKINAN BELIAU

 


Gambar:https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2019/12/17/69/1472374/muhammad-saw-sang-mutiara-6-PuN-thumb.jpg

Mutiara Tauhid Renungan #455
MEMILIH SURI TELADAN

Siapakah yang layak kita jadikan sebagai suri teladan : orang tua, tokoh masyarakat, ulama, ataukah orang bijak?

Pilihan siapa yang akan dijadikan suri teladan sangat tergantung dari apa tujuan hidup kita.

Bila tujuan hidup kita ingin menjadi orang yang berperilaku selaras dengan kehendak Tuhan, mereka semua yang disebutkan di atas tidak ada yang bisa dijadikan sebagai suri teladan.

Lalu siapakah yang pantas dijadikan suri teladan bila ingin berperilaku hidup yang selaras dengan kehendak-Nya?

Mudah saja, ia haruslah orang yang direkomendasikan oleh DIA sendiri.

Saatnya menyadari …, satu-satunya manusia yang direkomendasikan Allah sebagai suri teladan bagaimana berperilaku yang selaras dengan kehendak-Nya hanyalah Muhammad Rasulullah SAW.

Ya, hanya beliau seoranglah yang paling tahu secara persis apa-apa saja yang dikehendaki-Nya. Adapun yang lain bisanya hanyalah sekedar menduga saja.




ORANG YANG TAK MUNGKIN SALAH MEMAHAMI KEHENDAK2 ALLAH HANYALAH MUHAMMAD RASULULLAH SAW

 

 

Gambar:https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/750x500/photo/galamedia/191209001103-nabi-.jpg

 

Mutiara Tauhid Renungan #454
SURI TELADAN

Perlukah kita mempunyai seorang suri teladan?

Ops …, jangan terburu-buru mengatakan pastilah perlu.

Bila yang kita inginkan adalah menjadi orang yang banyak bermanfaat bagi orang lain, tentunya tak perlu. Bukankah tanpa seorang suri teladan pun kita dapat berbuat banyak kebaikan?

Begitu juga bila yang kita inginkan adalah menjadi orang yang dekat dengan Tuhan, tentunya tak perlu suri teladan. Bukankah banyak guru yang dapat mengajarkan kita untuk dapat dekat dengan Tuhan?

Tapi bila yang kita inginkan menjadi orang yang berperilaku selaras dengan kehendak Sang Maha Kuasa, nah ini mau tidak mau mutlak harus punya suri teladan. Apa pasal?

Penjelasannya sederhana saja, yaitu karena kita tidak bisa tahu secara persis apa-apa saja yang dikehendaki olehTuhan!


ORANG YANG TAK MUNGKIN SALAH MEMAHAMI KEHENDAK
2 ALLAH HANYALAH MUHAMMAD RASULULLAH SAW

 

 

Gambar:https://cdns.klimg.com/merdeka.com

 

Mutiara Tauhid Renungan #453
YANG SEBENARNYA



Islam adalah rahmatan lil ‘alamin,

Islam adalah damai,

Islam adalah anti pemaksaan.

Kenyataan di atas tertangkap jelas oleh seorang bijak asal India,  Mahatma Gandhi. Inilah kata beliau :

“Islam berkembang bukan karena pedang, melainkan karena akhlak Muhammad.”

KEKERASAN TIDAKLAH MELAHIRKAN PENCERAHAN, TETAPI IA BAKAL MELAHIRKAN KEKERASAN BARU

 


Gambar:https://jalandamai.org/wp-content/uploads/2016/05/Bumi-damai-ilustrasi-Shutterstock.jpg

 

Mutiara Tauhid Renungan #452
ORANG ARIF

 


Bila ibadah masih dirasakan sebagai kewajiban, mungkinkah kita bisa menjadi orang arif?

Ah, rasanya tak mungkin.

Koq..?

DARI KEWAJIBAN CENDERUNG AKAN MUNCUL PAMRIH,

SEDANGKAN DARI KEBUTUHAN AKAN MUNCUL KECINTAAN

KETIKA ORANG SUDAH MENYADARI APA YANG PALING BERHARGA BAGI DIRINYA, BARULAH IA AKAN DAPAT MERASAKAN BUTUHNYA SYAHADAT, ZAKAT, PUASA, HAJI, SHALAT, …

 

Gambar:https://www.aswajadewata.com

Mutiara Tauhid Renungan #451
ALQURAN

 

Mungkinkah tanpa berpedoman pada Alqur’an akan masuk surga?

Ah, rasanya sulit. Why?

Persoalannya manusia bukanlah makhluk yang serba tahu, tanpa berpedoman pada Alqur’an boleh jadi upaya yang dilakukannya untuk meraih surga itu keliru.

Coba saja …

Benarkah untuk meraih surga cukup dengan berakhlak mulia? Benarkah untuk meraih surga dengan cara menjadi orang yang banyak manfaatnya bagi orang lain? Benarkah untuk meraih surga dengan cara dekat kepada~Nya? Atau, benarkah untuk meraih surga dengan cara selalu pasrah menerima ketetapan~Nya?

Gawat kan bila kita yakin benar, padahal keliru!

“BARANGSIAPA YANG TAAT KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA; NISCAYA ALLAH AKAN MEMASUKKANNYA KE DALAM SURGA” ( AL FATH 17 )

 

Gambar:https://www.infoyunik.com

Mutiara Tauhid Renungan #450
KEMAMPUAN MANUSIA VS KEMAMPUAN KITA

 


DIA Yang Maha Bijaksana sangat tidak mungkin akan menimpakan sesuatu bila sesuatu itu berada di luar batas kemampuan manusia.

Benarkah demikian? Mengapa sering kali kita dengar orang yang bunuh diri, bukankah mereka melakukan itu dikarenakan sudah tak sanggup lagi menanggung ujian-Nya?

Saatnya menyadari …, “kemampunan manusia” dan “kemampuan kita” adalah sesuatu yang sangat berbeda jauh. “Kemampuan manusia” pasti sama, sedangkan “kemampuan kita” pasti berbeda-beda.

ALLAH TIDAK MUNGKIN MEMBERI UJIAN DI LUAR BATAS KEMAMPUAN MANUSIA, TETAPI DIA SANGAT MUNGKIN MEMBERI UJIAN DI LUAR KEMAMPUAN YANG KITA MILIKI

 

Gambar:https://blue.kumparan.com

Mutiara Tauhid Renungan #449
KENYATAAN

 


Tak pernah ketidaknyamanan diizinkan~Nya berjalan telanjang, ia harus selalu dibalut hikmah.

Ketidaknyamanan bukanlah kenyataan, ia hanyalah sindrom.

Hikmah yang menyertainya itulah yang sebenar-benarnya kenyataan.

PENYEBAB UTAMA DARI PENDERITAAN ADALAH KELALAIAN DALAM MENGERTI KENYATAAN

 

Gambar:https://cdn2.tstatic.net

Mutiara Tauhid Renungan #448
PANTASNYA BAGAIMANA

 


Ketika Allah menghujaniku dengan kesulitan kehidupan, pantasnya aku berterima kasih ataukah ‘ngedumel’?

Saatnya menyadari …, bukankah tanpa melalui kesulitan manusia tidak mungkin dapat menjadi tabah dan berjiwa lapang?

Alqur’an mengingatkan kita, “Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang2 yang berkhianat dan tidak berterima kasih.”

SENANG DAN SUSAH ITU SAMA SAJA, YAITU KEDUA-DUANYA BUKANLAH YANG KITA CARI

 

Gambar:https://static.inilah.com/data/berita/foto/2540960.jpg

Mutiara Tauhid Renungan #447
UNTUK AKU SENDIRI

 


Nabi kita yang mulia bersabda, “Satu orang yang mendapatkan petunjuk (hidayah) Allah di tanganmu, adalah lebih baik bagimu dari apa yang diterbitkan oleh matahari”

Saatnya menyadari …, menyampaikan kebenaran itu sejatinya bagi kepentingan diriku sendiri.

BERTERIMA KASIHLAH PADA MEREKA YANG MAU MENDENGAR KEBENARAN YANG KITA SAMPAIKAN

 

Gambar:https://static.inilah.com/data/berita/foto/2535603.jpg

Mutiara Tauhid Renungan #446
LUPA JURUS

 

Agama Islam terdiri dari kumpulan ajaran-ajaran yang di antaranya adalah shalat, sabar, pasrah, ikhlas, bersyukur, takdir, berserah diri, mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa.

Bila kita merasa sudah mempelajari Islam tapi kenyataannya tak mampu menggunakan ajarannya, ini tak ubahnya bagaikan guru silat yang ketika berkelahi lupa dengan jurus silatnya.

Saatnya menyadari …, suatu ajaran dikatakan berhasil dikuasai setelah ia mampu dipraktekkan.

BELAJAR TAK MENGENAL JEDA, DARI MULAI BUAIAN SAMPAI DENGAN LIANG LAHAT

 

Gambar:https://storage.nu.or.id/storage/post/16_9/mid/1571122149.jpg

Mutiara Tauhid Renungan #445
SELALU ADA CELAH

 

Bagaimana caranya melepaskan diri dari rasa galau atau rasa takut yang mencengkeram jiwa?

Bersyukur adalah jawabannya.

Ya, rasa bersyukur akan membebaskan jiwa dari kegalauan dan ketakutan.

Tapi, apakah mungkin dapat bersyukur ketika sedang terjerat ketidak nyamanan?

Pasti bisa, karena Allah telah mendesain di balik kejadian yang tak nyaman selalu saja ada celah ( walaupun sempit ) untuk bersyukur.

Saatnya menyadari …, barangsiapa yang pandai menemukan “celah sempit” ini jiwanya akan terbebas dari  kegalauan dan ketakutan.

 “SESUNGGUHNYA JIKA KAMU BERSYUKUR PASTI KAMI AKAN MENAMBAHKAN NIKMAT KEPADAMU …” IBRAHIM 7

 

Gambar:permadi alibasyah/mutiara tauhid