Mutiara Tauhid Renungan #375
INGIN TAK DIHINA



Inginkah kita tak dihina orang?

Bila ingin, janganlah tinggal di dunia tapi tinggalah di surga.
Di surga dijamin tidak akan ada orang yang menghina, menghujat, atau menzalimi kita.
Koq tahu …?
Ya, karena mereka yang hobi menghina atau menghujat itu sudah dilokalisir di neraka.

Namun yang jadi persoalan, untuk tinggal di surga itu salah satu syaratnya ego harus dikesampingkan. Dalam kondisi nyaman ataupun tidak nyaman, sikap kita harus selalu selaras dengan kehendak-Nya.

NAH, APAKAH MASIH MAU … ??

SELAMA MASIH BERNAFAS, TAK PEDULI ORANG BAIK ATAUPUN ORANG
JAHAT, TAK MUNGKIN TAK DIHUJAT


  
Gambar:http://4.bp.blogspot.com

6 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #374
MENINGGALKAN YANG MESTI DITINGGALKAN



Manusia adalah makhluk yang berkemampuan terbatas.
Dengan keterbatasan ini manusia berpikir, menghasilkan sesuatu yang diklaimnya sebagai kebenaran.

Saatnya menyadari …, kebenaran yang dihasilkan oleh sesuatu yang memiliki keterbatasan hanyalah dugaan semata. Bagaimanapun kebenaran mutlak hanya dapat dikeluarkan oleh yang Maha Sempurna, yaitu Allah SWT.

Karena itulah bila muncul pikiran yang berbeda dengan Alqur’an, janganlah ragu sedikitpun untuk segera meninggalkannya.

KERUSAKAN MANUSIA TERJADI MANAKALA IA MENGGANTI PERSEPSI QUR’ANI DENGAN PERSEPSI KARYA MANUSIA



Gambar:https://cdn.psychologytoday.com/sites/default/files/field_blog_entry_images/self-awareness.jpg

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #373
KARUNIA TERSEMBUNYI



Ketika Allah memberi ketidaknyamanan, sebenarnya DIA bukan mau menyiksa tapi DIA ingin memberi hikmah.

Musibah tak pernah diizinkan~Nya berjalan sendiri, ia senantiasa harus                           ditemani hikmah.

BILA AWAN TIDAK MENANGIS, MANALAH MUNGKIN TAMAN AKAN TERSENYUM



Gambar:https://buletinmitsal.com

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #372
ON OFF



“On-Off” dimaksudkan sebagai sesuatu yang tidak dilakukan secara konsisten, yaitu sebagai lawan dari istiqomah.

Semua orang tahu, kekuatan istiqomah sudah terbukti dahsyat. Bayangkan saja batu cadas yang tak mempan dilubangi oleh linggis dapat dibuat berlubang oleh tetesan air yang terus menerus tanpa jeda.

Nampaknya dalam bertafakur kita juga harus istiqomah.

Pengalaman mengajarkan kita, tafakur yang “on-off” seringkali mendatangkan kebingungan baru ketimbang pencerahan baru.

ALLAH CINTA PROSES, MENGHARAPKAN SESUATU TERJADI SECARA INSTAN SUDAH BUKAN ZAMANNYA LAGI


  
Gambar:data:image/jpeg;base64

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.