Mutiara Tauhid Renungan #20
MENDAKI BUKIT TERJAL

Mengenal jati diri itu sangatlah penting. Semakin mengenal siapakah aku yang sebenarnya, semakin terang mengapa aku ada di dunia dan semakin gamblang pula apa yang seharusnya aku raih.

Para pakar spiritual mengatakan betapa sulitnya memberi pemahaman spiritual kepada orang yang belum mengenal jati dirinya. 

Persis bagaikan sulitnya orang tua renta mendaki bukit terjal!






Gambar : www.pixabay.com

31 komentar:

  1. Yaahh. Betapa pentingnya mengenal siapa diri sebenarnya. Ketika aku tak mengenal dan tak tau siapa diri sebenarnya aku seperti hidup dalam kegelapan dan kebingungan. Melakukan sesuatu tapi tdk pernah tau utk apa aku melakukan dan tidak pernah tahu apa yg aku dapatkan dari usaha melakukan sesuatu itu. Orang berkata ini saya ikut orang berkata itu saya ikut. Pada akhirnya dipuncak kebingungan muncul pertanyaan untuk apa aku ada didunia ini. Untuk apa aku harus melakukan sesuatu. Untuk apa tujuan hidupku didunia. Dan puncak pertanyaan adalah siapakah aku ini. Pertanyaan yg aku sendiri tdk tahu harus bertanya pada siapa dan siapa yg bisa menjawabnya. Alhamdulillah segala puja dan puji bagi Allah. Dialah yg maha kuasa yg telah mempertemukan saya dgn majelis tafakur dan saya dapatkan semua jawabannya disini. Betapa bodohnya saya betapa tulinya saya betapa butanya saya betapa gelap gulitanya duniaku selama ini. Ternyata semua jawaban ada di alquran yg selama ini tdk pernah aku mencoba utk memahami dan mengamalkannya. Alquran satu2nya jawaban atas segala pertanyaan dan satu2nya jalan yg menuntun manusia menuju tujuan puncak kehidupan "kebahagiaan yg abadi dunia akhirat"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, tanpa adanya Alqur'an manalah mungkin manusia bisa mengenal dirinya. Bila sudah mengenal diri maka akan nampak dg jelas kekeliruan2 dalam melangkah. Insya Allah Akan terhindar dari "puncak kerugian"
      salam

      Hapus
  2. Assalamualaikum Pak...
    Setelah banyak membaca renungan-renungan bapak , saya jadi ingin mengeluarkan unek-unek saya, kegalauan saya , juga kekecewaan saya terhadap orang-orang islam...maaf ya pak pertanyaan saya banyak, saya awali dengan sebuah pertanyaan " Kenapa ada orang yang gak merasa perlu untuk beribadah ?????"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wls, saya mencoba memberikan pandangan ya … moga2 ngga bikin tambah bingung ..
      Kalo orang sdh mengenal dirinya bahwa aku itu adalah jiwa, selanjutnya dia akan menyadari jiwa dimanapun ia berada perlu bekal. Sekarang sedang di dunia, dia perlu bekal uang. Berikutnya sang jiwa ini akan pindah ke alam kubur lalu ke alam akhirat. Tentunya di alam inipun ia perlu bekal, bekalnya adalah pahala. Sedangkan pahala hanya ada pada ibadah. So, wajar saja kan orang ngga merasa perlu beribadah karena dia belum kenal siapa dirinya yang sebenarnya. Tapi ngga usah khawatir, begitu mati dia akan tahu bahwa dirinya adalah jiwa yang memerlukan bekal pahala, namun nasi sudah jadi bubur tinggalah penyesalan yang tiada akhir …

      Hapus
  3. Pak, kenapa ya di dalam dunia agama (terutama di agama islam) banyak orang yang suka merasa benar sendiri, mereka tidak mau terima kritikan seolah-olah surga cuman punya mereka aja.
    Apa perilaku seperti itu dibolehkan dalam agama ????

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he..he.. tentu aja perilaku spt itu ngga boleh. Coba mas Luki rasa2 ya, seandainya dia tahu dirinya itu adalah makhluk yang berkemampuan terbatas mungkinkah dia berperilaku tidak terpuji seperti itu? Apalagi kalo dia tahu bahwa panduan kebenaran adalah Alqur'an dan sunnah Rasul, kritik senorak apapun tidak akan membuat dirinya terganggu. Kalo kritikan itu benar ambil, tapi kalo kritikan itu ngga bener (bertentangan dg Alqur'an dan sunnah Rasul) cuekin aja ..

      Hapus
  4. Pak, kan tidak ada paksaan masuk islam, tapi kenapa banyak golongan islam dalam berdakwahnya maksa, bahkan menggunakan kekerasan, katanya agar umat mengerti , benarkah begitu ?????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ini nanyanya "ke luar" terus ya ...
      Coba dirasa-rasa sendiri ya, seandainya aja dia mengerti siapa dirinya, yaitu makhluk yang tidak bisa memberikan pengertian kepada orang yang dikasihinya sekalipun, akankah dia maksa? Apalagi ditambah dengan mengenal bahwa dirinya adalah makhluk yg ditugaskan hanya untuk sebatas menyampaikan kebenaran aja tidak dituntut orang itu harus sampai mengerti, niscaya dia akan geli dg tindakannya itu ..

      Hapus
  5. Bagaimana pandangan bapak mengenai orang yang rajin baca Al Qur'an walaupun ia sama sekali ngga paham maknanya ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah lagi2 menyoroti yang "di luar" ya ... ngga dosa sih, tapi kalo udah kenal diri yaitu aku hanya menanggung apa2 yg aku lakukkan saja, mestinya akan berobah menyoroti yang "di dalam" dulu .. yg dikhawatirkan aku rajin menyoroti yg "di luar" lupa menyoroti yg "di dalam" akhirnya yg "di luar" pada masuk surga, aku malahan masuk neraka ...
      Mengenai pertanyaannya, perlu dipahami dulu tidak terlarang membaca Alqur'an walaupun ngga ngerti maknanya, ngga dosa. Mau bacanya sehari khatam juga boleh2 aja.
      Kalo kita mengenal diri, salah satunya adalah kemampuan akal dan kalbu kita terbatas tentunya kita akan sangat membutuhkan "kebenaran mutlak," itulah Alqur'an. Tentunya "kebenaran mutlak" ini kalo ngga dimengerti ya ngga bisa dimanfaatkan maksimal dong ... Ada bagusnya dirasa-rasa (jangan dipikir-pikir ya.. ) apa kata Nabi kita yang mulia berikut, "Seseorang belum dikatakan membaca Alqur'an, bila perilakunya belum diwarnai oleh apa yang dibacanya itu."
      Semoga dengan merasa-rasakan ini kita semakin cinta pada Alqur'an, bukan malah sebaliknya

      Hapus
  6. islam mengajarkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan, tapi mengapa justru orang islam yang paling banyak menghujat? bukankah menghujat itu identik dengan fitnah ???
    Maaf ya pak pertanyaannya banyak..tapi rasanya pertanyaan-pertanyaan ini mengganjal dalam diri saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga dg semakin mengenal diri, pertanyaan yg mengganjal itu bukan yg "di luar" tapi apa yg "di dalam". Misalnya saja, apa yang salah pada diriku koq udah sekian lama belajar agama aku ngga bisa ikhlas menerima ketetapan-Nya, ngga bisa juga berhenti menghujat?
      Mengapa ada orang Islam memfitnah? Setahu saya orang Islam tidak akan memfitnah, tapi kalo oknum yang mengaku Islam memfitnah itu mah banyaaak .. Coba aja dirasa-rasa ya, seandainya orang sudah mengenal siapa dirinya yaitu antara lain "aku adalah makhluk yg akan mempertanggungjawabkan segala perbuatanku" lidahnya akan kelu ketika akan memfitnah. Fitnah itu berat mempertanggungjawabkannya, lebih enteng mempertanggungjawabkan membunuh ketimbang memfitnah.
      Semoga pandangan saya ini tidak membuat mas Luki jadi pembunuh ya ... he..he..he..
      Terima kasih ya atas pertanyaan2nya, salam

      Hapus
  7. Assalamu alaikum pak permadi.. Sy punya teman yg dulu prinsip hidupnya,sgt ingin jd insan yg bermakna bagi sesama.Dia kejar dg menggeluti aneka kegiatan sosial,cara berpikirnya pun sgt kritis mencermati kerusakan moral di sekitar kita.Trus dia lari ke tasawuf,krn entah bgmn kesenangannya dg jd insan yg bermanfaat td,tdk bs mengkompensasi kegalauan yg msh ada.Di tasawuf sejenak dia terpuaskan dg kesejukan nuansa dkt dg Allah.Tp ya...ngga lama,kmbali dirundung kegelisahan.Lalu sy ajak mncoba majlis tafakur.Lamaa bgt nyambungnya,seringkali dia complain sm bbrp statement dlm rangkaian perenungan di forum2 tafakuran."egois bgt c...tafakuran ini,perubahan dimulai ko dr aku terus.Kan kita ga boleh diam sj,klo ada kemungkaran di luar!" Yahh banyaklah komentar smacam itu.Tp herannya dia dtg terus,pak.Lalu suatu hr dia bilang ke sy,"waduh...jgn kayak gue deh.Kelamaan 'tidur' jd susaaah bgt sadarnya.Br di tafakuran ini gw ngerti,bukan jd manusia yg bermanfaat yg dibutuhkan.Mestinya yg gw kejar itu,gmn supaya bs bersikap lurus slama hidup.Jd manusia bermanfaat itu baru salah satuuu sikap lurus yg dikehendak Allah.
    Trus sy baca renungan #20 ini dan senyum2 sendiri.Bnr pak...betapa sulitnya mnjelaskan spiritual itu.Dan betapa terjalnya jln berliku yg dilalui tmn sy.Alhamdulillah dia ketemu makna utk apa manusia ada di dunia dan apa modal yg hrs dikumpulkan utk bs manusia yg lurus itu. Yah..smoga jiwa2 galau lainnya,mau merenung sedikit lebih ke dalam diri... Krn gelapnya hati hanya bs diterangi dg menyalakan pelita dlm hati sendiri, bkn yg di luar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah ....
      semakin nampak jelas ya, orang yang tidak mengenal dirinya tidak akan dapat merasakan bahwa selama ini apa yang diperbuatnya itu tidak sebagaimana yg seharusnya, ia amat mudah mengalami "puncak kerugian"
      salam

      Hapus
  8. Aslm Bapak...benar banget klu tdk mengenal siapa diri...hidup akan terasa berat, capek dan melelahkan..ktk ketemu musibah solusi yg dicari pasti bunuh diri..waaahhh SEREM BANGET pak...Alhamdulillah saya bersyukur banget...di MT saya bs mengenal siapa diri ini ..ternyata Aku adalah JIWA yg mengalami perjalan di 5 alam.. semua yg dilakukan akan dipertanggungjawabkan...ternyata Sijiwa ini keinginannya hanya satu yaitu ingin didunia ini BAHAGIA( tdk gelisah,tdk was2,tdk kwatir,tdk bersedih hati) diakhirat menempati surga..caranya utk meraiah DBAS hanya satu yaitu TAAT..utk TAAT caranya hanya satu TAFAKUR( merasa2kan).dgn sadar ini hidup jd terang...melangkah jd benar dan tdk ada KESIA2AN dlm hidup ini...terima kasih Bapak sdh mengiring saya utk merenung.salam DBAS:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah ...
      never stop tafakur
      semoga Allah selalu membimbing kita dalam melangkah, shg ketika pulang nanti tidak hanya putih bersih, tapi mengkilat ya ...

      Hapus
  9. Assalamu'alaikum Bapak..
    Puluhan tahun Sang Jiwa berjalan di dunia ini..baru 9 tahun ini saya belajar agama mendalami kurikulum ajaran2 islam yg disuguhkan dalam Tafakuran Mutiara Tauhid ini.
    Dalam perjalanan itu..dibarengi dgn UPAYA2 ALLAH melalui ujian2 ketaatan yg menimpa..
    Saat jiwa masih belum mampu mengeluarkan kemampuan2 kalbu itu..kemudian sayapun menjadi sering curhat sana sini , bertanya dan ber- SA3 dgn sahabat2 tafakuran..
    Saya jg sering sms, telp, maupun SA3 langsung dgn Pak Permadi di Bandung..
    Berulang kali saya terus bertanya dan Ber-SA3 dgn pintu ujian yg berbeda-beda..tetapi saya evaluasi..Arah saya masih juga ingin merobah orang, saya juga melakukan perbuatan2 buruk, saya sombong dan merasa paling benar, saya sedih, kesal, kecewa, marah, dendam, belum bisa ikhlas menerima ujian2 ketaatan itu..
    Banyak kepahaman kebenaran2 yg disampaikan Pak Permadi kpd saya pd waktu itu..tetapi sulit saya menerimanya..terevaluasi di perilaku2 saya setelahnya..
    Begitulah gelapnya jiwa ini ketika saya belum mengenal jati diri.. bahkan setajam apapun kebenaran2 yg disampaikan..selama apapun dan sebanyak apapun ajaran2 islam yg saya pahami.. sebelum saya menemukan siapa jati diri ini..semua itu tetap sulit ditangkap dan dirasakan oleh hati..
    Dari evaluasi ini saya jg jadi semakin mengerti.. saat saya dalam posisi menyampaikan kebenaran kpd mitra2 lain..knp begitu sulit diterima.., begitulah sulitnya menyampaikan kebenaran kpd orang yg belum mengenal jati diri..
    Betapa pentingnya mengenal jati diri ini.. sementara..utk mengenal jati diri itu tidak ada yg bisa menolong..diri sendiri yg harus mau dulu menghidupkan "pelita hati"..
    saat "mikir".."mikir"..dan "mikir" lagi.. begitu "pelita hati" dinyalakan..mulailah terlihat cahaya terang itu..
    kebenaran2 itu satu per satu.. mulai bisa "nendang" di hati.. mulai mengenal siapa jati diri..
    Benar ya Pak..semua kegelapan jiwa itu akan terang benderang..begitu sudah mengenal jati diri..
    mengenal jati diri tidak pernah berhenti karena akan selalu ada Upaya2 Allah agar aku masuk surga..
    Semakin mengenal siapakah aku yg sebenarnya, semakin terang mengapa aku ada di dunia dan semakin gamblang pula apa yang seharusnya aku raih.

    Terima kasih banyak SA3 ajaran2 islam yg selama ini Bapak sampaikan melalui Metoda Kurikulum Tafakuran di Mutiara Tauhid ini, salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wls Celas,
      sebenarnya materi tafakurannya sih biasa2 aja, anak kecil aja ngerti koq ..
      siapapun yg masih punya hati pastilah paham, tapi kalo udah ngga punya hati memang pasti repot, soalnya pelitanya mau ditaro dimana ...
      never stop tafakur : Yes, We Can!

      Hapus
    2. Terima kasih Bapak SA3-nya..sangat membantu sekali utk semakin membenam..
      Begitu pentingnya Hati ini dijaga..utk mudah merasakan kebenaran2-Nya..
      Materi tafakuran itu mudah kupahami, tapi bgmn dgn hati ini ?
      mengenal jati diri sangat penting..bahkan lebih dalam lagi dan lagi..
      bgmn bisa jika hati sbg wadahnya gak memadai..!
      dgn "mikir" insya Allah bisa diraih
      never stop tafakur : Yes, We Can!

      Hapus
    3. alhamdulillah ... semakin mengenal diri, maka akan semakin mengenal Tuhan. Semakin mengenal Tuhan, akan semakin lurus dalam melangkah
      salam

      Hapus
  10. Assalamu'alaikum pak Permadi, memang bener pak, tanpa mengenal bahwa aku adalah Jiwa yang diterjunkan kedunia hanya untuk TAAT pada Allah dan Rasulluloh semata,dan aku Jiwa keinginanannya hanya satu Tentram di Dunia dan di Akhirat kelak dapat nenempati SurgaNya, dan keinginan itu hanya bisa ku raih kalau aku Jiwa bisa TAAT menjalankan Aturan_Nya dan Rasul_Nya,tanpa mengerti itu semua sudah bisa dipastikan akan kesulitan bagi aku menerima kebenaran... ,tanpa kebenaran jalan yang kutempuh pasti terjal dan berliku ...

    Alhamdulillah aku dipertemukan dengan majels Tafakuran, disini aku diperkenalkan pada jati diriku dengan cara mentafakuri Alquran sebagai Pedoman Hidup ...

    Trimakasih pak Permadi atas pencerahan2nya ... Salam dbas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu baru mengenal sebagian dari "siapakah aku" saja tapi manfaatnya sudah besar. Apalagi kalo mengenal "siapakah aku"nya makin dalam, pasti efeknya lebih besar lagi. So, selamat berproses menemukan "siapakah aku" ...
      salam

      Hapus
  11. Assalamualaikum Bp Permadi ..
    Mohon izinnya Bapak ..
    u/saya hadir disini, semoga
    mendapat pencerahan bagi jiwa saya, Aamiin..
    Saya sudah 9 thn belajar di Majelis TFKR Mutiara Tauhid ini, tapi mungkin karena kalbu saya "bebal", atau tidak
    fokus atau mungkin saya tidak tau diri, atau malas "mikir"
    jadilah saya yang saat ini, hanya sebatas baru TAU (masih konsumsi AKAL). Selama 9 thn ITU, anehnya,
    saya hadir terus .. Materi terus berganti..
    saya simpan semuanya dengan rapih .
    Saya cuma tulabul Ilmi, tapi saya terus tetap hadir, dengan harapan satu hari nanti saya akan dapat "KESADARAN" , sperti tetesan air yang dapat melubangi
    batu.. Saya harus tetap belajar, InsyaAllah nanti akan dpt.
    Tapi protes jalan terus.. Berbagai cobaanpun silih brganti
    yang kini saya baru tau itu adalah (Ujian2 dari Allah Swt) mnghampiri saya .. Sampai akhirnya ..
    Ketika saya tersentak saat ditanya "APA YANG MENJADI
    KEINGINAN PUNCAK MU JIKA SATU DETIK KEDEPAN AJAL MENJEPUT?" Memang kelamaan, hanya u/satu
    KESADARAN saja habiskn waktu 9 thn!
    Itulah Kerugian TERBESAR dalam hidupku, aku selama ini tidak sadar siapa Aku? Ternyata Aku = Jiwa yang akan mempertanggung-jawabkan semua2 perbuatanku didunia. Duh Bapak .. mohon saran nya, agar saya bisa cepat-cepat SADAR mngisi KALBU ini dengan Keyakinan-Illahiyah .. saya kwtr bila detik berikut saya mati, tapi
    belum jua dapat tercerahkn, saya mohon Bapak .. Terimakasih ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah cinta proses, walaupun DIA mampu "kun fayakun" tapi tetap aja DIA memilih proses. Proses itu yg penting bukan lamanya, tapi sesuai prosedurnya (kata orang bule : prudent). Nah, tafakur itu ngga pas kalo dilakukannya dg mengedepankan akal spt waktu belajar matematika, tapi harus mengedepankan kalbu spt ketika kita mendengarkan curhat...
      salam

      Hapus
  12. Alhamdulillah... tdk terhingga krn aku dipertemukan dengan metoda tafakur ini..yg memudahkan aku untuk menjalankan ketaatan.. dengan proses mengenal diri sejati ini benar2 menyadarkan bahwa aku ini ada 2 yg terlihat dan yg tidak terlihat..
    Ternyata yg akan kekal itu yg tidak kelihatan.. si jiwa ini.. yg selama ini dibiarkan tidur.. gak heran sikapnya sering membangkang, karena gak kenal siapa sejati nya diri ini..
    Tapi dengan berbekal waktu,sampai saat ini Allah masih kasih aku kesempatan untuk terus bercermin..
    Benar yah pak.. makin terasa..Hadits Rasulullah..
    Bertafakur sejenak itu lebih baik dari ibadah 1 tahun..
    Yg aku rasakan..Tanpa tafakur aku tidak akan kenal siapa diri sejatiku.. Awal menentukan akhir..
    Sikapku di Dunia , menentukan tempatku di Akhirat kelak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah... semoga Allah menyingkapkan lagi kegelapanku ... lagi, lagi dan laggiiii ...
      amiiin ...

      Hapus
  13. Assalamualaikum wr wb bapak...iya yg saya rasakan jd ngg nyambung ya sinergy ttg spiritual dg yg blm mengenal diri sejatinya seperti ahli hukum memberi pengertian kpd ahli mesin ya pak?

    Sikap yg saya ambil biasa nya saya jd pendengar yg baik dan ber iqro dan terbaca persepsi2 nya alhasil jd mudah menganggap wajar dan memaklumi daaan saya akan menypaikan pandangan saya bila dia bertanya...tanpa mengharapkan dia akan tercerahkan...tugas saya adalah menypaikan kebenaran pd saat yg pas yaitu saat hati dia terbuka...sudah bijak kah sikap ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. sampaikanlah kebenaran itu dengan hati "nol", ngga mutlak perlu pendengarnya harus hatinya terbuka
      salam

      Hapus
  14. Yth.Bapak Permadi....apakah penyebab tidak tahu sejatinya diri sendiri itu siapa karena akal terlalu banyak melihat dan mengurusi faktor luar?....faktor luar yg sehari hari difokuskan sedangkan faktor dalam atau jiwa sangat terabaikan. Makanya diri ini tidak kenal siapakah aku sebenarnya ? Ditambah pedoman hidup hanya dipakai sebatas akal dan tidak meresap kedalam kalbu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang pasti sih kurang aja "mikir"nya ...

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.