Mutiara Tauhid Renungan #295
KESADARAN



“CELUPKAN TANGANMU DI LAUTAN, KEMUDIAN ANGKATLAH.  AIR YANG MENETES JATUH DARI JARIMU ITULAH DUNIA, SEDANGKAN LAUTAN ITULAH AKHIRAT,” demikian Nabi kita yang mulia pernah bersabda.

“Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan..” firman Allah dalam Alqur’an.

Jadi, manakah yang lebih bernilai : kehidupan di alam dunia ataukah kehidupan selepas dari alam dunia?


Gambar :www.pixabay.com

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #294
SURGA PILIHAN DIRI



Allah menyediakan surga untuk manusia tidak datar, tapi bertingkat tujuh. Adapun perbedaannya terletak pada ‘”kemuliaannya.”

SUDAHKAH KITA MEMILIH MAU TINGGAL DI TINGKAT YANG MANA?

Bila kita memilih tinggal di tingkat tujuh, yaitu bersama dengan Muhammad Rasulullah, para Nabi, orang-orang bijak yang bertakwa, maka ketaatan kita haruslah prima.
Tapi bila kita sudah puas dengan pilihan tingkat satu saja, yaitu bergabung selamanya dengan komunitas para bayi, anak-anak idiot, atau orang gila dari sejak kecil, cukuplah dengan ketaatan seadanya saja.

Masa sih makhluk yang sempurna milihnya bergabung dengan anak2 idiot dan kumpulan orang gila?



Ganbar : http://www.sesawi.net

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #293
BERKARYA


Biar dia menghujatku, yang penting bukan aku yang menghujatnya ..
Biar dia memfitnahku, yang penting bukan aku yang memfitnahnya ..
Biar dia memakiku, yang penting bukan aku yang memakinya ..
Biar dia membenciku, yang penting bukan aku yang membencinya ..


WALAUPUN KIAMAT BESOK, BENIH AKAN TETAP KUTANAM …



Gambar:https://encrypted-tbn0.gstatic.com

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan # 292
PUNAH



Tsunami meluluh lantakkan Aceh.
Tak terhitung karya terbaik anak bangsa ini yang dibuat dengan perasan otak serta cucuran keringat sirna dalam sekejap dilahap tsunami yang bagaikan raksasa kelaparan ini.

Semoga kejadian ini membuat kita sadar, TIDAK ADA SATUPUN KARYA MANUSIA YANG TAK AKAN PUNAH KECUALI HANYA AMAL SOLEH.




Gambar:http://media.nationalgeographic.co.id

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #291
PRIHATIN



Manusia adalah makhluk pengembara. Alam dunia ini hanyalah secuil saja dari perjalanan yang harus dilewati. Orang yang mau “mikir” akan menyadari bahwa kenikmatan sejati bagi seorang pengembara tempatnya bukan di perjalanan, melainkan di tujuan. Karena itu hidup prihatin di perjalanan mestinya suatu keharusan.

Bila suatu ketika muncul hasrat ingin melakukan maksiat yang semuanya nikmat itu, tinggalkan saja, tahanlah air liur … bukankah kita sedang prihatin? Begitu juga bila kita mau bergunjing, tahanlah …
Nanti di alam tujuan kita akan menikmati kenikmatan tiada tara yang bedanya bak langit dan bumi dengan kenikmatan yang dapat disajikan oleh dunia.

“KENIKMATAN YANG PALING PUNCAK DI DUNIA, TIADALAH SEUJUNG KUKUNYA KENIKMATAN DI SURGA,” begitulah kata Nabi kita yang mulia.



Gambar:https://kampussamudrailmuhikmah.files.wordpress.com/2015/04/kampus-samudra-ilmu-hikmah4.jpg


0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #290
BINATANG KESAYANGAN


Bolehkah kita memelihara binatang?
Tentu saja boleh.
Persoalannya mereka dikandanginnya dimana?
Kalo dikandanginnya di halaman rumah, aman.


Tapi kalo dikandanginnya di hati, gawat!
Memangnya bisa ...?

Bila kita masih rakus layaknya babi
atau masih riya’ layaknya burung merak,
atau barangkali masih licik layaknya rubah,
maka kita perlu “mikir” :
JANGAN-JANGAN KITA PUNYA PIARAAN BINATANG YANG SAKING SAYANGNYA MEREKA ITU KITA KANDANGIN DI HATI !




Gambar:https://pbs.twimg.com/profile_images/485723952711364609/J3r6YaCo.jpeg

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #289
MEMANFAATKAN PELUANG


Banyak orang  yang memaknai alam kubur hanya sebatas alam penantian menunggu malaikat Israfil meniup terompet sangsakala sebagai tanda kiamat.

Sebenarnya alam kubur lebih tepat dimaknai sebagai “alam kemurahan” yang disediakan Allah untuk memperbanyak pahala yang dibutuhkan kelak ketika kita ditimbang.


“ADA TIGA PERBUATAN YANG PAHALANYA AKAN TERUS MENGALIR SETELAH KEMATIAN,”  demikian disampaikan oleh Nabi kita yang mulia.

Nah, ada peluang nih …



Gambar:https://i1.wp.com/umrohhajiwisata.com/wp-content/uploads/2017/12/17123254699_c2f412c9ee_b_2.jpg?resize=708%2C430

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #288
BERSYUKUR DAN PENYESALAN



Mengapa ada bersyukur?  Mengapa pula ada penyesalan?
BERSYUKUR DAN PENYESALAN TERJADI KARENA BEDA MEMPERLAKUKAN PELUANG.

Bila semasa hidup taat pada Allah dan Rasul-Nya, maka di alam berikutnya akan bersyukur tanpa henti karena diberi kesempatan tinggal di dunia.

Sebaliknya bila semasa hidup “mabuk dunia,” maka di alam berikutnya akan menyesal tanpa henti karena dulu pernah mampir di dunia.



Gambar:www.shutterstock.com





0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #287
KURANG MIKIR


Hidup di dunia bagi sang jiwa adalah semata-mata untuk diuji.
Rasakan saja, bila tidak ada ujian-ujian akankah ada surga dan neraka?

Dalam ketidaknyamanan kita selalu dapat merasakan ujian-Nya.


APAKAH DALAM KENYAMANAN KITA JUGA MERASAKAN ADANYA UJIAN ALLAH?

Bila tidak, ini boleh jadi salah satu pertanda bahwa kita masih kurang banyak “mikir” ...



Gambar:https://i1.wp.com/www.islamkafah.com/wp-content/uploads/2017/07/money1.jpg?fit=600%2C315&ssl=1

0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mutiara Tauhid Renungan #286
ADA HARGA ADA BARANG


Manusia dari sananya diberi kemerdekaan oleh Sang Pencipta untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Bila kita mau “mikir,” tentunya kita akan menyadari bahwa setiap pilihan pastilah ada harganya.

Bila memilih yang perlu perjuangan serius, yaitu taat pada kehendak Allah, harganya surga. Sedangkan bila memilih yang semudah membalikkan telapak tangan, yaitu taat pada kehendak ego, harganya neraka.



Memang begitulah sunatullahnya, ada harga ada barang.



Gambar:www.pixabay.com


0 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.