Aku adalah sang jiwa.
Untuk bisa berada di dunia aku dititipkan-Nya pada pasangan ayah dan ibu. “Orang
tua” sejatiku bukanlah mereka, tetapi DIA yang menciptakanku.
Aku taati maunya ayah dan ibuku karena aku takut sekali menjadi anak
durhaka. Sementara, aku seringkali tidak mentaati maunya “orang tuaku.” Padahal
durhaka pada ayah dan ibu saja sudah terbayang apa akibatnya, apalagi bila durhaka pada “orang tua” ...
“SESUNGGUHNYA KEBANYAKAN DARI MANUSIA ITU ‘TERTIDUR’ DAN
BARU TERBANGUN KETIKA IA MATI,” apakah ini yang dimaksud oleh Nabiku
yang mulia empat belas abad yang silam?
Gambar :http://assets-cdn.ekantipur.com/images