Mutiara Tauhid Renungan #138
LAYAKNYA AIR DAN MINYAK


Jiwa dan raga sejatinya dari sananya terpisah layaknya air dan minyak dalam bejana.

Walaupun jiwa dan raga terpisah, tapi mereka dapat saling mempengaruhi.
Raga yang sakit dapat mempengaruhi jiwa ikutan jadi sakit, begitu juga sebaliknya.

Tugas kita lah, sebagai pemilik keduanya, untuk mencegah jangan sampai sakit pada raga menjalar ke jiwa.

Bagaimana caranya?
Cukup berserah diri saja, menyerahkan soal kesembuhan dari sakit yang diderita hanya kepada-Nya ….

KETIKA CINTA PADA KESEMBUHAN MENGALAHKAN CINTA PADA YANG MENYEMBUHKAN, AWAL DARI SAKIT JIWA PUN DIMULAI!





Gambar:www.pixabay.com


13 komentar:

  1. OTOMATIS

    Kalo kalbuku seluas lautan, apapun yang mengganggu kenyamanan raga tidak akan membuat keruh kalbu , tapi kalo kalbuku sempit sekecil mangkok, masuk aja sedikit faktor luar yang gak enak ,langsung deh butek!

    Bagaimana membuat kalbu agar seluas lautan ? Emang ada cara lain gitu selain tafakur...?
    Ibarat mau jadi sarjana tapi gak mau sekolah.
    Dengan bertafakur , maka akan banyak Keyakinan Illahiyah . Banyak KI otomatis napsu dan setan mudah ditaklukan ......saat itulah kalbu seluas lautan ..........

    KETIKA RAGA PRIORITAS UTAMAKU DIBANDING URUS KALBU , MENYERAHKAN DIRI TOTAL KEPADA ALLAH SEBATAS MIMPI.
    #talktomyself.hidup DBAS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 'keyakinan ilahiyyah' menjaga kalbu tidak butek
      'berserah diri' menjaga raga dan jiwa tidak bersatu...

      Hapus
  2. Iya ya..., kalo keinginan sembuh sebegitunya mendominasi hati, ini sama aja dengan mengabaikan kuasaNya, tak heran kalo sakitnya tak kunjung sembuh akhirnya jiwapun ikut sakit

    BalasHapus
    Balasan
    1. orang yg mengabaikan kuasaNya, dapat dipastikan pada saat itu ia tidak berserah diri ..

      Hapus
  3. Yah..Berserah diri itulah ISLAM SEJATI.

    Karena hasil itu adalah Tuhan, bukan aku..
    Karena sehat atau sakit itu kuasa Tuhan, bukan aku..
    Karena ikhtiar itu faktor dalam, bukan faktor luar..

    Sebelum tahu ada kalbu yg dipakai mata lahir terus!
    Yg dilihat yg nampak aja! (yg nampak mah gak udah dibahas juga udah terang)
    Jadi salah terus..
    Gak sadar sedang mencemooh Tuhan & merusak si kalbu😭😭

    Benar bangett...
    Bertafakur sejenak lebih baik dari ibadah 1 tahun..

    Tanpa Tafakur,
    Gak bisa melihat aku ini ada 2..
    Gak tau yg kekal yg mana..
    Gak tau yg hrs dipersiapkan bekal apa..

    Makanya gak heran lah..kalau Gak Tafakur !! eleh deui..eleh deui (ceuk urang sunda mah)
    #mirrordiri#selfreminder#
    Salam DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Berserah Diri" ilmunya para Nabi, dibangun oleh seribu keyakinan ilahiyyah yg didapat dari hasil perjuangan dalam menjalani ibadah yg lebih baik dari ibadah 1 tahun

      Hapus
  4. Sebelum bertafakur ketika aku diuji dgn sakit, aku merasa Dunia ini ingin menelan aku. Apalagi ketika mendengar dokter bilang aku ada kelainan jantung, irama jantung ku detaknya lbh kenceng dan bisa tiba2 melemah. Aku merasa Allah tidak sayang kepada ku, Allah pilih kasih. Kenapa aku?..
    Langsung Jiwa terpengaruh... Mikir terus, mikir karena takut... Akhirnya fisik makin lemah...

    Alhamdulillah setelah ikut Tafakur dan berproses, aku bisa mengenal diriku dan mengenal Allah ku... Meyakini semua sifat2NYA...
    Setelah tafakur baru sadar, kl Jiwa tuh ga akan pernah mati.. Jiwa akan diperjalankan ke Alam berikutnya, sampai tiba pada TUJUAN akhir. Alam Akhirat. Ternyata jiwa ga mati, malah dia nanti yg akan bertanggung jawab atas perilaku aku.
    Setelah tafakur baru menyadari ada prioritas yg harus di sehatkan. Yaitu Jiwa.

    Sekarang aku sdh punya TUJUAN, sdh sadar kl antara aku dan Allah ada pembagian tugas.
    Sekarang berproses utk membuat Jiwa ku sehat..
    Aku berproses : Pegang TUJUAN, sllu kedalam diri, fokus, konsisten dan sungguh2, membenamkan keyakinan-keyakinan ilahiyyah. Sakit itu penggugur dosa.
    Dengan membenamkan keyakinan-keyakinan ilahiyyah.. Alhamdulillah aku bisa benar2 Berserah Diri kepadaNYA. Aku dah ga mikirin apa2 yg sdh dlm genggaman NYA. Aku fokus, konsisten dan sungguh2 untuk mencapai TUJUAN.
    Setelah menjalani hidup dgn kesadaran sprt ini, semua jadi ringan, aku ga mikir minta sembuh, Tapi aku "mikir" dan merasakan bahwa sesungguhnya Allah sedang menggugurkan dosa2ku... Aku berserah diri dan ikhtiar maksimal. Biarlah ditunaikan didunia.

    Allah memberi hikmah dibalik sakit ku, DIA mengajarkan aku untuk bisa sabar, Syukur dan ikhlas, dalam menerima ketetapanNYA.

    Allah menyayangi hambaNYA yg mau ikhtiar sungguh2 dan tidak putus asa. Alhamdulillah Sekarang aku kadang lupa tuh kl aku punya penyakit jantung. Jujur ... Inget nya kl aku minum obat. Dah ga meratap...MasyaAllah.. hidup jadi Indah ketika aku bisa berserah diri dan tidak meronta dgn ketetapan NYA.

    Terima kasih ya Allah...
    Terima kasih utk MT dan Nara Sumber dan Facilitator, yg sdh membantu aku membuka kan mata hati ku.

    Salam DBAS utk para
    Pemburu Kebahagiaan
    Never Stop Tafakur

    BalasHapus
    Balasan
    1. bila raga dan kalbu terpisah layaknya air dan minyak di dalam gelas, sakit jantung dilokalisir hanya di raga tidak bisa membuat kalbu menjadi cemas

      Hapus
    2. Luar biasa nikmatnya ya Pak.. kl kita sdh punya kesadaran dan kemampuan dapat memisahkan sakit raga Dan jiwa ga ngaruh dengan sakit ku.. jiwa makin cerdas.

      Hapus
  5. Assalamualaikum bapak, setelah aku sekolah kalbu.. kalau aku bercermin aku sudah bisa melihat bahwa aku ada 2..raga dan jiwa. untuk bercermin raga mudah banget..dan sudah terang..nggak butuh senter lagi. tapi bercermin jiwa...harus aku rasa rasa dan aku hayati..butuh senter biar dapat terlihat dengan jelas dan terang.

    apalagi kalau sakit menghampiri aku..dengan bercermin diri aku bisa mengenal bhw
    tertimpa suatu penyakit adalah suatu ujian , walaupun yg merasa sakit raga.
    Nah.. ini yg perlu aku senter.

    Tujuan Allah memberikan sakit adalah untuk menggugurkan dosaku..apakah bukannya itu tanda cinta Allah kepada ku??
    betapa banyak dosa2 yg kulakukan dgn diberinya penyakit aku tidak perlu gelisah lagi , karena sadar bahwa sakit itu dapat menggugurkan dosa2ku.

    Dengan tafakur, aku mampu berserah diri dan menghanyutkan perasaan sakit ini pada kemauan Allah, tugas aku hanya ikhtiar semaksimal mungkin, dengan berobat yg benar. Adapun hasil nya (sembuh atau tidak) aku percayakan padaNya.
    DIA maha tau apa yg terbaik utk aku dan DIA tidak pernah menganiaya hambanya.
    Sehingga dalam kondisi apapun jiwaku tenang dan tidak perlu ikut sakit..
    karena jiwa dan raga terpisah..dan memiliki "rasa" yg berbeda.

    Sekarang tinggal bagaimana "aku" mengolahnya..mau berserah diri dengan ketetapanNya..atau jiwanya ikut sakit. neverstop tafakur solusinya.

    salam DBAS ❤

    BalasHapus
  6. Salam bapak. Menurut pengalaman pribadi... Raga bisa saja sakit, tapi jiwa sakit, meranaa dunia sengsara akhirat neraka. Jika kurasakan, sudahlah raga sakit, jiwa sakit, tidak dapat apa2 selain bengep nya saja. Sakit jika dirasakan menggunakan kalbu akan terasa karunia begitu banyak keindahanNya berupa peluruhan dosaku, tanda cinta kasih dan sayangNya untukku, mendapat untaian hikmah kado terindah dariNya yang tak ternilai harganya, bahkan dinaikkanNya derajatku di mataNya...bisa dirasakan dari DIA PASTI BAIK..namun jika disaat raga sakit jiwa ikutan sakit karena sakit yang dirasakan hanya menggunakan akal...terasa sakit hanyalah aniaya..yang terasa hanya keburukan dan keburukan..tiada terasa keindahanNya. Kunci sukses menghadapi sakit raga.. tiada yang lain hanyalah tafakur olah rasa senantiasa agar jiwa tidak ikut2an sakit..DBAS pun tetap terjaga.

    Haturnuhun bapak. Mhn klarifikasi jika ada yang salah.

    Salam DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. bila sakit raga menjalar ke kalbu, nah itu pertanda saatnya bagi kita untuk lebih meningkatkan berserah diri

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.