Mutiara Tauhid Renungan #142
KIAI JARKONI

Ilmu agama itu tidaklah sama seperti “ilmu sekolahan”

“Ilmu sekolahan” yang dihargai seberapa banyak tahunya, sedangkan di agama yang dihargai bukan seberapa banyak tahunya melainkan seberapa banyak prakteknya.

Orang yang ahli mengajarkan agama tidaklah jaminan ia juga ahli menjalani apa yang diajarkannya itu.

Teman saya asal Gombong Jatim bilang, di Indonesia ini banyaknya Kiai Jarkoni. Yaitu kiai yang “bisa ngajari tapi ngga bisa ngelakoni.” Dia ngajarin sabar, sementara sendirinya amat mudah tersinggung. Dia ngajarin santun, sementara bibirnya gampang melantunkan hujatan.



Apa iya ya …..

TUHAN TAK SUKA PADA ORANG YANG BERILMU TAPI PERILAKUNYA SEOLAH-OLAH IA TAK BERILMU







Gambar:www.shutterstock.com


18 komentar:

  1. SELAMAT MEMASAK

    Kenapa aku belajar ilmu agama ? tentunya jawaban yang tepat agar aku banyak amal solehnya. Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak amal solehnya begitu kata Allah.

    Jangan galau , jangan bergunjing , jangan marah , harus sabar,harus ikhlas , berserah diri ......bukankah ini ilmu agama? , aku sudah tau ilmu ini tapi kenapa gak bisa ngelakoni ?

    Rupanya ilmu itu baru koma , kalo mau jadi amal soleh satu step lagi harus dilakukan ,aku harus rela memasaknya sehingga menjadi keyakinan . Ilmu tidak bisa berbuah amal soleh ,keyakinanlah yang bisa menghasilkan amal soleh .

    KELIRU BILA AKU BERJUANG MENGIMPLEMENTASIKAN ILMU JADI AMAL SOLEH ,PERJUANGANKU SEBENARNYA ADALAH MEMASAK ILMU MENJADI KEYAKINAN .hidup DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, kelirunya sedikit koq .. cuman sebaliknya aja

      Hapus
  2. Keyakinan menentukan Sikap... Ketika keyakinan-keyakinan ilahiyyah sdh nancep pasti perialaku aku akan bisa selaras dgn KehendakNYA.

    Sebelum Tafakur kadang aku suka gitu juga... Bisa nya cuma ngajarin doang, apalagi sama anak2.. tapi aku ga melakukan nya.... Malah menyimpang. Terasa banget kl aku juga jarkoni.

    stlh tafakur terasa banget kl aku salah arah... Aku sllu keluar... Dan kl sdh keluar emang ga enak... Apalagi kl mereka ga nurut.. yg dateng malah kecewa dan marah...

    Sekarang berproses mengentalkan keyakinan-keyakinan ilahiyyah yg sdh masuk kedalam Jiwa .. aku berasa keyakinan aku masih lonjong belom bulat...

    Sekarang Aku berproses.. Selalu Pegang TUJUAN, sllu Arah nya kedalam diri, fokus, konsisten dan sungguh2.. memasak ilmu yg ada diakal supaya jadi keyakinan di Jiwa, dan mengentalkan keyakinan-keyakinan ilahiyyah, biar aku punya kemampuan... biar keyakinan Jadi bulet.

    Terasa sekali ketika keyakinan sdh mengental, perilaku berubah, ga perlu rekayasa, otomatis tuh... Secara otomatis dah ga bisa marah, kl ada "polesan" sllu dibawa kedlm diri. Ga bisa lagi nyalahin orang... Ga berani merugikan Orang lain. Alhamdulillah...

    Aku adalah Jiwa... Jiwa ga akan pernah mati... Ia cuma pindah Alam... Bagi Jiwa Masa depan bukanlah kematian, Tapi pertanggung jawaban.... MasyaAllah...

    Salam DBAS Sahabat Jiwaku
    Never Stop Tafakur

    BalasHapus
    Balasan
    1. goodbye jarkoni ..., welcome konijar
      (ngelakoni tanpa ngajari)

      Hapus
    2. lho koq "ngelakoni tanpa ngajari" sih pak, apa umat mau didiamkan dalam kegelapan?

      Hapus
    3. tentunya ngga gitu dong ...
      "ngelakoni tanpa ngajari" itu maksudnya ngelakoni tapi ngga mengajari

      Hapus
  3. Renungan yang ini gunanya untuk apa sih pak,ko kayak mau nyindir para ustadz?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Renungan itu selalu dimaksudkan ke aku, jauh dari maksud melihat cela orang lain.
      Dengan renungan ini :
      1. moga2 ketika mau berbuat serong, ingat kiai Jarkoni jadi malu hati …
      2. moga2 sadar cara belajar agama berbeda jauh dg cara belajar ilmu sekolahan
      3. moga2 semakin sadar perilaku adalah cerminan isi kalbu bukannya isi otak
      4. moga2 sadar Tuhan tak suka pada orang yang berilmu tapi perilakunya seolah-olah ia tak berilmu

      Hapus
  4. Dari peristiwa demo besar tahun lalu , alam memberitahu saya siapa aja kiai yang bener-bener kiai dan siapa yang kiai jarkoni

    BalasHapus
  5. Iya ya...apa gunanya berpenampilan ala islam tapi perilakunya seolah-olah ia tak berilmu

    BalasHapus
  6. Makin terlihat, betul perilaku itu corongnya kalbu, sementara ucapan merupakan corongnya akal.
    Dulu, saya juga salah satu 'kiay jarkoni', yakin banget saat menasihati orang lain, tapi perilaku ku gak melakoni apa yang aku ucapkan.

    Sekarang aku malah takut untuk 'ngajarin', takut kalau ternyata apa yang aku ucapkan baru sebatas ilmu yang diyakini oleh akalku tapi belum diyakini oleh kalbuku.... perilaku ku gak sesuai dengan ucapanku.... jadilah aku orang munafik. Sementara Allah sudah membocorkan, bahwa tempat tinggal orang munafik adalah dikeraknya neraka. Ampun Gustiiii.... jangan biarkan aku menjadi 'kiay jarkoni', bimbinglah aku untuk menjadi 'kiay konijar".

    BalasHapus
  7. Mendidik Mulailah dari "aku"

    Alhlak mulia itu adalah ajaran budi pekerti yg diajarkan oleh Agamaku...dgn proses awal yg benar ... Dimulai dengan mengenal diriku ini siapa?? untuk apa aku diciptakan Allah?? dgn proses bertafakur ini lalu "kuajarkan" diriku 'ketaatan' kepada Allah..bkn kepada makhluk..kusadari "ketaatan" itu buah dari kesadaran /keyakinan illahiyyah /hikmah/iman yg terpatri dikalbuku.. ketaatan tidak cukup hanya dgn mengisi ilmu2 agama yg banyak!!! diotakku ...lalu dihapal..krn sampai kapanpun ilmu tdk dapat membuahkan akhlak mulia...tanpa proses "bertafakur" dgn menurunkan ilmu yg ada diotakku
    mengisi jiwaku dgn HIKMAH/KEYAKiNAN IllaHIYyah (keyakinan2 yg selaras dgn Al Quran ) krn kesadaran/iman itu letaknya dijiwa/kalbuku bkn diotakku...mungkinkah aku mampu berprilaku selaras dgn kehendakNya .. sedangkan aku mandul/jauh dari hikmah??? bila aku mandul dari hikmah membuatku akan mendrive kelogisan ku membabi buta...dgn ilmu yg ada diotak/diakalku ..utk pemuas ego/pembenaran otomatis prilaku menyimpang dengan punishment dan reward bahkan lebih sesat dari binatang ternak...

    Rasulullah SAW bersabda : dalam dirimu ada segumpal daging bila daging itu baik maka baiklah prilakunya daging itu adalah HATI

    MULAILAH DARI AKU............‎​pertanyaan buat diriku..aku berkesan melihat seseorang ... karena ucapannya atau sikapnya..? Krn keteladanan itu akn "terpatri" dlm JIWAKu ..

    Ternyata kuncinya adalah ditujukan pada "AKU"..dan
    ditujukan jg pd "pendidik" yg perbuatannya menyalahi kata2nya..
    "Wahai engkau yg mengajari org lain,
    Tidakkah pelajaran itu juga berlaku untukmu ?
    Engkau mencegah perbuatan keji dan munkar padahal dirimu juga keji dan munkar..! bahkan lbh sesat dari binatang ternak prilakunya, ucapannya..
    Engkau memberi obat kpd org sakit,
    Agar ia sembuh padahal dirimu jg sakit..?
    Kami lihat engkau mau meluruskan akal kami dg petunjuk,
    Padahal engkau sendiri mandul petunjuk..?
    Mulailah mendidik diriku sendiri dgn proses tafakur mengolah /menurunkan ilmu yg ada diotakku menjadi keyakinan yg terpatri dijiwaku agar aku punya kemampuan berakhlak mulia..
    Jk itu kulakukan maka aku org yg bijak..
    Kala itulah nasihatku akan diterima..
    Ilmuku akan diikuti dan pengajaranku berguna.....

    Astagfirullahalazim..masalah itu sebenarnya ada dalam diiriku sendiri bkn orang lain (faktor luar) bila jiwaku tdk kuisi dgn keyakinan illahiyyah/hikmah ..aku tidak akan "mampu" menyadari fakta/ketetapanNya utk mengisi jiwaku dgn hikmah...bkn menghakimi,menghujat orang lain.

    "Hendaklah yg pertama kulakukan "menshalihkan diriku sendiri" sebab pandangan mrk sgt ditentukan oleh pandanganku...
    Yg disebut baik oleh mrk adl apa yg KULAKUKAN dan yg disebut buruk oleh mereka adl apa yg KUTINGGALKAN..

    Kurasa2kan..itu ditujukan "SANG PEMILIK" buatku..

    tidak cukup membuat aku menjadi taat dg mengisi ilmu2 yg banyak!!! diotakku ...apa yg sdh kulakukan selama ini..? Perilaku dan Nilai macam apa yg hrs kutanamkan dlm "JIWAKu" yg tengah meniti perjalanan awal kehidupan ini?~»

    Allah berfirman:

    Wahai org2 yg beriman, mengapa kalian mengatakan apa yg tdk kalian kerjakan Sungguh amat besar dosa di sisi Allah jk kalian tdk mengatakan apa yg tdk kalian kerjakan.(Al Quran As-Shaf)

    FirmanNya pula:

    "Adakah km memerintah manusia utk melakukan kebaikan dan kalian lupakan diri kalian sendiri padahal kalian membaca kitab? Tdkkah kalian berpikir?(Al Quran Al-Baqarah)..Self Reminder...Alhamdulillah...Semoga Bapak sll dalam rahmatNya ..Tks Bapak bahan renungannya untuk aku meraih kesadaran..Salam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kesalahan kiai Jarkoni, yaitu memasukan ilmu agama hanya ke otak, semoga tidak kita ulangi ya ...

      Hapus
  8. Salam bapak...
    Itulah bedanya ilmu vs keyakinan. Boleh jadi ilmu agamaku banyak...tinggi...tapi tanpa merasakan dalam kalbu dan membenamkan keyakinan dari ainul hingga haqul yakin...maka aku seperti kiyai Jarkoni. Tafakuran bertahun2 apakah masih sebatas ilmu tafakuran di otak atau sudah mulai cling cling di dalam kalbu. Belajar ilmu agama tanpa tujuan ibarat naik angkot muter2 ngga jelas tanpa tujuan, waktu tenaga habis di angkot. Sejauh apapun angkot berjalan...tetap saja tdk ada yg dituju mau kemana, uang habis..nihil yg didapat. Begitu juga setinggi apapun ku menimba ilmu agama tanpa tujuan yang benar..tidak akan melahirkan sikap yg selaras dg kehendakNya. Mubadziir jika aku belajar agama cuma stop sampai di otak..sayang sekali karena ga membuahkan akhlak yg mulia. Never stop tafakur...hanya itu tiada yg lain. Haturnuhun bapak..sahabat jiwa..
    Salam DBAS

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.