Mutiara Tauhid Renungan #5
JIKA AJAL MENJEMPUT



Sesaat lepas shalat maghrib, aku termenung seandainya saat kematianku datang sekarang, 

apa yang aku sesalkan dengan perbuatan atau ucapanku sepanjang hari ini? 

Begitu juga, apa yang aku sesalkan tidak kulakukan hari ini? 

Teringat aku dengan kisah orang2 yang bermohon kepada Allah agar diberi kesempatan kembali ke dunia karena ingin menebus segala kesalahan2nya, ingin melakukan amal soleh sebanyak2nya...

Namun Allah tak pernah memberinya kesempatan itu!


  
Gambar : pixabay.com


17 komentar:

  1. Subhanallah...
    Benar yha...
    Mengingat mati itu tak hanya memutuskan kecintaan yg berlebihan pada dunia, tapi juga sebagai Rem besar bagi jiwaku, agar mampu 'melihat' apa dosa yang aku perbuat dari pagi hingga malam hari ini...

    Tanpa menyadari adanya dosa, pasti sulit bagi jiwaku untuk melakukan perbaikan kesadaran...

    Jika siang tadi aku berlaku aniaya (sekecil apapun) lalu ternyata ajalku sampai di sore ini, pasti hanya sesal yang aku bawa ke alam berikutnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang yang paling suci sedunia, Rasulullah SAW, dalam sehari mengingat mati 20 kali
      Sementara orang yang paling bejat sedunia, para penghujat saudaranya, mereka tabu mengingat kematian diri. Lho koq tahu? Kan perilaku ditentukan semata2 oleh kesadaran yang ada di kalbu ...

      Hapus
  2. Muhasabah diri

    Merenungi kisah diri
    Dalam kegamangan hati
    Rasa sesal mendera
    Mengapa dan mengapa

    Merenungi kisah diri
    Hari demi hari berganti
    Ajal tiada yang tahu
    Namun bekal rasanya takut aku

    Merenungi kisah diri
    Bangkitkan semangat di hati
    Sepenuh jiwa sepenuh rasa
    Tuk mengubah buruknya paradigma

    Merenungi kisah diri
    Semoga Allah senantiasa menemani
    Tiada lagi kegamangan jiwa
    Tafakurlah obatnya

    Merenungi kisah diri
    Asa tuk bahagia dalam semua situasi
    Semoga Allah memberi berkahNya
    Tuk senantiasa berada di jalanNya

    Laahawla walaa quwwata illa billah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wls mbak Eva, wah..wah.. elok bana!
      Memang untuk dapat melihat gajah di pelupuk mata yaitu dengan merenungi kisah diri

      Hapus
  3. Masya Allah, terima kasih sudah diingatkan pak Permadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mas Indra, sebenarnya saya tidak bermaksud mengingatkan orang, tapi hanya mau SA3 aja...

      Hapus
  4. Silih asih, Silih asah, Silih asuh����

    BalasHapus
  5. Takutnya mengingat mati disebabkan krn dosa2 yg prnh dilakukan. Sdh siapkah aku ? Sdh cukupkah bekalku? Rasa takut itu sll dtg ketika tiba2 ingat akan kematian. Sdh layak kah pengabdianku? Sdh ridho kah Allah kpdku? Begitu lemahnya aku hingga utk mencegah perbuatan maksiat yg terkecilpun kadang aku tak mampu. Ya Allah dampingi lah setiap langkah ku, jgn prnh Engkau Biarkan aku walau hanya sekedip mata krn tanpaMU aku tak kan mampu. Terimakasih pak permadi utk pencerahan nya. Salam hormat dari bekasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. banyak orang sering melupakan sabda Nabi "Bila suatu pekerjaan dikerjakan oleh yang bukan ahlinya tunggulah kehancurannya" Kita pasti ingin taat. Siapa sih yang 'mengerjakan' ketaatan itu? Jawabnya adalah kalbu.
      Nah, mestinya kita tidak usah merisaukan taat kita sudah cukup atau belum, tapi yang perlu kita risaukan adalah sudahkah kalbu kita memilki kemampuan yang cukup? Mengapa yang kita buat pinter otak melulu, bukankah yang harus mengerjakan "taat" itu adalah kalbu? Ngga nyambung ah...

      Hapus
  6. Terasa...
    Perenungan ini membangunkan jiwa..
    Seberapa penting hasratku untuk mengenal Tuhan ?
    Seberapa penting aku tahu siapa aku ?
    Seberapa penting aku mengerti tujuan Tuhan ciptakan aku ?

    Sejatinya aku ini jiwa..
    Jiwa yg sedang diperjalankan Tuhan untuk meraih sebaik baiknya bekal..
    Seberapa penting aku melihat amal soleh adalah sebaik baik nya bekal ku ?

    Tanpa amal soleh sejatinya perjalananku di dunia ini hanya sia-sia..
    Karena.. dunia ini babak pra kualifikasi.. siapa yg terbanyak amal soleh nya.. akan diberi tempat terbaik yaitu Surga..
    Siapa yg paling banyak mengumpulkan dosa akan ditempatkanNya di Neraka..

    Seberapa besar keinginanku mengumpulkan amal soleh ?
    Seberapa besar upaya ku untuk ke surgaNya ?

    Ternyata.. Tujuan ini yg menyetir setiap langkah ku..

    Kalau tujuanku masih kesenangan.. tidak akan bisa aku melihat setiap peluang amal soleh..
    Padahal...kematian itu pasti.. mati itu setiap saat.. tidak melihat usia.. tidak melihat sehat atau sakit ku..

    Alhamdulillah..
    Dengan perenungan awal dari bapak.. membangunkan jiwa ini.
    Menyadarkan aku .. yg sebelumnya tidak mengenal siapa aku sebenarnya..
    tidak tahu maksud Tujuan penciptaan..

    Hanya dengan olah rasa atau tafakur...aku dapat meraih kesadaran- kesadaran ..karena dengan kesadaran melahirkan keyakinan...keyakinan itulah yg memunculkan kemampuan untuk bisa Taat..

    Yaa Allah..
    Berikanlah hati yg lapang agar aku dapat melihat setiap kebenaran yg engkau hamparkan.. sehingga sikap ku dapat selaras dengan tujuan penciptaan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin YRA
      selamat berproses terus, Allah PASTI membantu

      Hapus
  7. Pak Permadi..
    jujur denger dan baca kata.2 mati itu saya masih ngeri. Bayangkan seandainya hari ini jam 2 malam saya mati..nah saya kan bisa tuh introspeksi diri selama hidup amal baik atau amal buruk yg dominan. Bayangin nya saja dah mules pak. Yg selama ini saya berusaha konsisten adalah setiap tindakan saya tafakuri...olah rasa...dan coba u ralat diri sebelum tidur malam. Dan selalu mengingat mati untuk meredam perilaku yg Allah tidak sukai. Beruntung di penghujung umur saya dapat ilmu tafakur......banyak terima kasih pak.

    BalasHapus
  8. Subhanallad...sesungguhnya setiap hari usia kita selalu berkurang setiap hari itu pula kematian selalu mengintai hasrat hati ingin senantiasa beramal dan memperbaiki diri...setiap saat selalu kuingat DiriMu ya Allah...akankah aku kembali dalam keadaan yang baik?? Alhamdulillah bapak saya bertemu majelis Tafakur...membuat hati saya bergetar untuk selalu siap siaga menhadapi kematian

    BalasHapus
  9. Assalamualaikum Pak Permadi,
    Subhanallah..
    Mati adalah waktu dimana saatnya aku harus berpindah alam, memulai kehidupan yg sebenar2nya kehidupan.
    Tidak ada yang lebih pasti daripada suatu kematian. Suatu saat pasti ajalku tiba. Sementara bagaimana dgn "bekalku" ? Sudah cukupkah ?

    Rasulullah SAW mengingatkan, "Ingatlah mati 20 kali sehari." Terasa "sesuatu" sekali peringatan Rasulullah tersebut. Saya dapat merasakan-nya sebagai "rem yang pakem" ketika ada keinginan ego (nafsu buruk) muncul.

    Tiada cara lain aku harus mengumpulkan bekalku di sisa usiaku. Lalu bagaimana caranya?
    sabda Rasulullah SAW:
    "Dalam diri manusia ada segumpal daging, jika daging itu baik maka baik pulalah orang itu. Daging itu adalah kalbu."
    Jadi aku harus fokus menggarap kalbu-ku. Kalbuku ini yang harus aku isi dengan keyakinan Ilahiyyah. Keyakinan2 Ilahiyyah inilah yg aku butuhkan sebagai modal kesadaran agar aku bisa ber perilaku selaras dengan kehendakNya.
    Hanya dengan bertafakur, satu2 nya cara aku mendapatkan keyakinan2 Ilahiyyah dan mengevaluasi diri apakah setiap yg aku lakukan mengarah pada tujuan-ku (bahagia di dunia dan akherat Surga) dan selaraskah dengan kehendak Allah SWT.

    "Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Jika hari ini sama dengan kemarin, aku masih termasuk yang merugi."

    Salam DBAS.
    Lely

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalbu ini yang akan kembali, kalbu ini yang perlu bekal, kalbu ini yang perlu digarap agar punya kemampuan untuk dapat mengambil bekal. Otak? hanya jadi santapan lezatnya cacing

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.