Mutiara Tauhid Renungan #7
MENGHUJAT

Mengapa di dunia ini ada ilmu...?

Seandainya ilmu itu tidak ada, lalu bagaimana untuk mewujudkan keinginan-keinginanku?

Ketika aku ingin bisa membuat baju, maka aku pelajari ilmu yang dapat mewujudkan keinginanku itu, yaitu ilmu menjahit. Ketika aku ingin menjadi pengacara, maka aku butuh belajar ilmu hukum.

Begitupun ketika aku ingin menjadi bankir, tentunya untuk mewujudkan keinginan ini aku butuh ilmu ekonomi.
Lalu keinginan apa ya yang ingin aku wujudkan menjadi kenyataan ketika aku belajar ilmu agama? 

Rasanya bukanlah karena ingin agar fasih menghujat yang tidak sepaham denganku dengan ucapan sesat atau kafir...

Tapi kenapa ya kata-kata hujatan seperti sesat atau kafir, keluarnya dari orang-orang yang justru belajar ilmu agama, bukannya dari orang yang belajar ilmu ekonomi misalnya ..??



Gambar : pixabay.com


21 komentar:

  1. Asswrwb,

    Pa saya sudah memiliki buku yang disajikan oleh bapak Bahan Renungan Kalbu, saya dapat dari teman sebagai kado ulang tahun, saya sudah membacanya berulang-ulang, wah pa ...bukunya bagus sekali. sampai saya mendapat pencerahan gara-gara buku itu...sy yang rajin mengejar masalah duniawi, sekarang saya mulai menginginkan kebaikan untuk di akhirat.
    Tapi suatu hari ada teman saya melihat buku bapak tersebut, lalu dia bilang "eh hati-hati...buku itu menyesatkan loh, "...jujur saya kaget pa...ko bisa ada yang bilang buku sebagus ini sesat....
    saya mau klarifikasi sama bapak atas dasar apa ya pa mereka bilang buku bapak ini menyesatkan ?????

    BalasHapus
    Balasan
    1. wls, dalam kaidah Islam yang dikatakan sesat itu, sesuai petunjuk Rasulullah SAW, adalah bila bertentangan dengan Alqur'an dan sunnah Rasul. Nampaknya sekarang telah lahir kelompok Islam aliran "sesatiyah" yaitu mereka mengatakan sesat pada setiap kelompok lain yang punya pemahaman tidak sama dengan pemahaman / pandangan yang berlaku di kelompoknya. Saya kira hal ini sesuatu yang wajar terjadi pada seseorang yang sangat cinta dengan Islam, tapi masih kurang luas keilmuannya.
      salam

      Hapus
    2. iya ya pa, haditsnya jelas, kalau tidak ingin tersesat pegang dua hal Al-Qur'an & Sunnah Rasul, kenapa kita harus takut ya dengan pemahaman pemahaman baru yang beredar di lingkungan..kalau tidak melanggar Alqur'an dan Sunnah Rasul ambil...Kata Rasulullah Saw juga , dari siapapun datangnya bila itu kebenaran, Ambil !
      Nah satu lagi saya mau tanya pa...ada juga teman yang bilang kalau buku bapak itu Syiah, memang bapak alirannya Syiah ???

      Hapus
    3. he..he..he.. kalo saya syiah pasti udah dipecat dari syiah. Bayangkan aja, saya bikin buku di daftar referensinya ada 89 buku. Dari 89 buku itu ada buku yang dikarang oleh ulama Syiah, tapi tak lebih dari 5 buku. Artinya selebihnya kan yaitu 85 buku adalah buku Sunni. "Mikir" lah secuil aja... masa sih ada orang syiah bikin buku 90% referensinya ngambil dari bukunya orang Sunni, apa kata duniaaa ...!?!?

      Hapus
    4. Pa setelah saya tanya ke teman yang bilang buku bapak sesat ternyata alasannya bukan karena isi buku bapak bertentangan dengan Alqur'an dan Sunnah Rasul, tapi mereka bilang sesat karena di buku bapak tidak ada tulisan bahasa arabnya dan katanya di majelis bapak juga tidak pernah dibacakan ayat Alqur'an dalam bahasa arabnya hehehehe...
      Tapi boleh saya tahu pa kenapa di majelis bapak tidak pernah dibacakan bahasa arabnya ?

      Hapus
    5. boleh 10x.. Di awal tafakuran tahun 90-an bahasa Arabnya dibacakan. Lama2 jamaah protes, "Pak, kami menghadiri majelis ini bukan ingin pandai mengaji tapi kami ingin berperilaku selaras dengan kehendakNya. Lagian kami juga di rumah punya Alqur'an, nanti kami baca sendiri aja asalkan Bapak sampaikan surat apa dan ayat berapa" Bener juga ya.. maka selanjutnya bahasa Arabnya dibaca masing2 di rumah. Sekarang, 15 tahun kemudian, eh.. minta dibacakan lagi. Gimana nih? Lalu saya teringat kisah Lukman Al-Hakim dengan anak dan keledainya. Teringat juga dengan kata Rasul bahwa sesat itu bila melanggar Alqur'an dan sunnah Rasul, jadi kalo melanggar kebiasaan sih tentunya ngga boleh dibilang sesat dong ... Nah, kalo dalam menyampaikan kebenaran, menurut Alqur'an atau RasulNya, memang harus dibacakan bahasa Arabnya tentu kita wajib patuh tanpa reserve. Pasalnya setahu saya tidak ada keharusan itu, malah di Alqur'an kita disuruh menyampaikan kebenaran dalam bahasa kaumnya. Tapi kalo ada peserta yang merasa tidak afdol dan ingin membacakan bahasa Arabnya boleh2 aja, ngga akan pernah dilarang. Barangkali temennya mbak myblog mau baca Arabnya di majelis,silakan aja...

      Hapus
    6. hahaha oh gitu ya pa....
      Mudah-mudahan Allah menggiring orang-orang yang menghujat bapak untuk membaca blog bapak ini, supaya mereka tahu duduk persoalannya gak asal maen hujat aja....
      Saya paham pa, jadi tenang dech hati saya, saya tidak membaca buku yang salah , terima kasih pa permadi.....

      Hapus
    7. menghujat itu dilandasi dua hal, lantaran dendam atau lantaran cinta pada Islam. Nah, untuk mengetahui yang mana gampang aja. Bila setelah dikasih penjelasan bukannya jadi maklum tapi malahan berkobar api dendamnya, biasanya yang begini lantaran yang pertama.

      Hapus
  2. Assalamualaikum bapak Permadi,
    Alhamdulillah Bapak senantiasa mengingatkan kepada kami tentang hadits dibawah ini.
    Rasulullah SAW bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya”. [HR. Malik]

    Menurut pengalaman kadangkala tipis, antara niatan menyampaikan kebenaran dengan terselipnya nafsu merasa pemahaman diriku lebih baik. Selogis apapun alasannya jika ujung-ujungnya membangkang aturan main Allah itu pasti salah. Ilmu agama yang semakin tinggi bisa jadi batu ujian apakah masih mau menerima kebenaran dari siapapun. Semoga bisa menjadi sang diri yang mudah membuka hati untuk menerima kebenaran dari siapapun, dan disaat menyampaikan kebenaran sudah 'nol'. Kebenaran itu saat mengikuti petunjukNya dan dapat dirasakan, "barangsiapa mengikuti petunjukKu tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati". (2:38).
    Wallahualam. Mohon klarifikasi bapak.
    Jzkk haturnuhun bapak
    Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. wajar aja bila tujuan untuk apa belajar ilmu agama belum kepegang, maka langkah seperti orang mabuk. contohnya : masak sih gara2 beda pemahaman dengan dirinya dihukum sesat, tidakkah dia tahu buku tafsir karangan ulama2 mumpuni juga tidak ada yang sama? Bukankah antar mereka tidak pernah ada yang saling menyesatkan?

      Hapus
  3. Pentingnya menyadari untuk apa aku belajar ilmu agama?
    Apakah untuk aku menjadi pintar ?
    Apakah untuk aku menjadi kaya ?
    Apakah untuk aku menjadi bertakwa ?
    Apakah untuk aku menjadi dekat dengan Tuhan?
    Apakah untuk mencari kebahagiaan sejati & akhirat masuk surga ?
    Atau untuk apa ??
    Ada banyak alasan yg membuat seseorang ingin belajar ilmu agama..
    Tapi tidak banyak orang yg benar-benar menyadari apa tujuannya belajar agama ..
    Merasa benar daripada orang lain akan menutup masuknya kebenaran..
    Padahal gerbang untuk meraih keyakinan adalah dengan menerima kebenaran..
    Oleh karena itu, wajar saja ada orang yg masih menyesat- nyesatkan org lain yg tidak sepaham dengannya..atau mengkafirkan yg lain yg tidak sejalan dengan pendapatnya..
    Aku??
    Apakah aku ini masih merasa benar?
    Bila aku ini jiwa.. pasti sikap nya akan melihat setiap peristiwa itu adalah upaya Allah yg ingin memberikan banyak keyakinan ilahiyah di dalamnya..
    Jadi wajar , bahkan menguntungkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. merasa paling benar membuat orang terperangkap dalam kibr, akibatnya jangankan surganya baunya aja ngga bakalan kecium. Sudah jelas, kebenaran tidak harus sama tapi mutlak harus tidak bertentangan dengan Alqur'an dan sunnah Rasul

      Hapus
  4. Itu dia bahayanya Kibr..bisa membuat pelaku nya tidak masuk surga, bahkan mencium bau nya pun tidak..Yaa Allah jauhkan kami dari bahaya Kibr...

    Alhamdulillah.. di MT punya corporate culture, jd terasa ada "rem" nya ya pak.. jadi ambil yg UUT saja.. selaras dengan Al Qur'an & Sunnah Rasul..

    BalasHapus
  5. Kenapa ambil yang UUT? karena kita ingin mewujudkan keinginan DBAS. Tapi bagi orang yang ingin mewujudkan keinginannya agar bermanfaat bagi banyak orang tentunya UUT itu ngga nyambung

    BalasHapus
  6. semakin terasa y pak kalau aku ingin belajar agama aku hrs tentukan dulu, sebenarnya apa sih TUJUAN aku dalam mempelajari agama? krn tanpa memiliki tujuan yg jelas, benar dan tepat maka langkah2 yg aku lakukan takkan pernah menyampaikan pada tujuanku itu. Akhirnya ilmu agama yg aku miliki justru aku jadikan "senjata" utk mengkafir2kan org lain ketika org itu tdk sefaham denganku. Dan pada akhirnya sampai kiamatpun aku gk pernah mendapatkan keinginanku itu..... Astghfiirulloh....

    BalasHapus
    Balasan
    1. begitulah, hasrat hati belajar agama ingin masuk surga eh koq malahan nyebur ke neraka ...

      Hapus
  7. Assalamu'alaikum pak Permadi, alhamdulillah dengan adanya bloc ini, saya jadi ada akses langsung kebapak ... , maaf pak mohon pencerahan dari bapak tentang kasus yang menimpa saya ini ...

    Satu hari saya bertemu dengan teman saya dan beliau bertanya pada saya tentang pengajian yang saya ikuti di Majelis Tafakuran yang bapak buka ..., lalu beliau bertanya itu aliran apa, saya jawab itu bukan aliran hanya satu metoda, lalu beliau mewanti2 ke saya agar dalam menuntut Ilmu Agama itu hati2 harus cari guru yang tepat, yang kalau diruntut guru itu sampai pada keturunan Nabi, atau wali2 pak ..., karena kalau bukan keturunan Nabi sama saja saya berguru pada Setan, gitu pak... , saya jadi bingung kok bisa gitu ..., nah yang ingin saya tanyakan apa ya begitu kalau saya belajar Agama gurunya harus yang keturunan Nabi2 atau Wali2 gitu.. , mohon.pencerahannya ..., Terimakasih pak ... Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he..he.. mungkin maksudnya agar kita selalu waspada, karena salah belajar agama bukannya jadi bener tapi malah keblinger.
      Ini sudah saya jelaskan karena ada pertanyaan yang sama, silakan lihat di renungan lainnya

      Hapus
    2. Oo ... Gitu ya pak ..., baik akan saya lihat, trimakasih pak ... Salam dbas

      Hapus
  8. kD, bener gak ya, kalau aku meenghujat orang sesat, itu dosanya gede banget! Kalau orang bilang sesat, pastilah urusannya dengan agama. Kalau dengan ilmu, akan memaki bego, goblok sampai idiot.
    Ucapan sesat bukan hanya karena beda paham dengan aku, tapi karena ada rasa KIBR dalam diri. Dan ungkapan sesat membuat orang yang baru mau belajar menjadi mundur. Rasanya kalau sampai aku melakukan ini, dosaku akan berlipat-lipat.
    Bayangkan, udah KIBR, memfitnah dan membuat orang lain terhalang mendapat pencerahan/kebenaran. Dosa sampai tujuh turunan! Bener-bener jangankan surganya, baunya aja gak kecium!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hancurnya Islam bukan dilakukan oleh mereka yang nyata2 memusuhi Islam tapi oleh orang Islam sendiri, terutama oleh para penghujat2 itu.
      Heran juga sih orang yang mengaku Islam tapi pinter menghujat, dia belajar dimana ya .... karena di Islam ngga pernah ada ajaran menghujat yang ada ajaran klarifikasi (tabayun)

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.