Mutiara Tauhid Renungan #89
MENYADARI SIKAP HIDUP

Jalan kehidupan tidaklah selalu lurus, tapi berbelok-belok.
Pernahkah kita kebingungan belokan mana yang harus kita ambil ketika menjumpai persimpangan tiga ataupun persimpangan empat?


Begitulah, tanpa menyadari “BAGAIMANA SEHARUSNYA SIKAP HIDUP” pasti kita sering dibingungkan ketika menjumpai “persimpangan kehidupan.”

SIKAP HIDUP YANG BENAR ADALAH YANG SELARAS DENGAN KEHENDAK~NYA






Gambar : www.pixabay.com

16 komentar:

  1. Dengan Tafakur semuanya jadi terang benderang pak..Alhamdulillah..Bila Tujuan semakin bulat niscaya ga akan bingung lagi disetiap persimpangan..arahnya jelas.. jelas banget.. mengapa aku dulu kerap dilanda kebingungan karena aku belum menetapkan tujuan..itu yang reni rasakan.. jadi kuncinya sih buat reni tetapkan dulu tujuan..kemudian perdalam cara meraih tujuan tersebut.. BETUL CUMA SATU CARA MERAIHNYA.TAAT.

    BalasHapus
    Balasan
    1. beneer bangettt ...., bermula dari tujuan selanjutnya akan bergulir sendiri
      kalo tujuannya ngga jelas, pastilah mau bergulirnya kemana juga ngga jelas

      Hapus
  2. Subhanallah yang telah memperjalankan Jiwa Ini...

    Memang bener pak, kalau tidak MENYADARI bahwa jiwa ini harus bisa terus bersikap selaras dgn kehendak_NYA, maka ketika ketemu simpang memang akan menjadi simpang bingung bagi Jiwaku,padahal dari jalan yang bersimpangan itu ada satu jalan yang dibentangkan Tuhan bagi jiwaku agar bisa tetap selaras dengan kehendak_NYA, dan jalan ini memang HANYA akan terlihat kalau jiwaku ini mau menghidupkan RASA dengan bertafakur...

    Tanpa TAFAKUR jalan itu tidak akan terlihat meskipun dia terbentang lebar didepanku..

    Alhamdulillah...
    Trimakasih pak atas SA3 nya, salam DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaupun tafakur tapi tujuannya belum ketangkep bila ketemu persimpangan masih bisa bingung juga
      memang, semua kegiatan hendaknya harus selalu dimulai dari tujuan ...

      Hapus
  3. Assalamualaikum bapak..,benar banget pak walaupun aku tau kemana Tujuan perjalananku, apabila bertemu jln pertigaan ataupun perempatan tidak ada petunjuk jalannya.. mana mungkin aku sampai kpd tujuan perjalananku. namun apabila ada petunjuk jlnnya dan aku ikuti petunjuknya pasti akan sampai kpd tujuanku. Begitu pula perjalanan hidupku ... yang Tujuannya adalah DBAS , Allah sdh memberikan petunjuknya / pedoman hidup melalui AQ dan sunnah Rasulnya. Kalau tidak mengikuti petunjukNya dan sunah Rasul..bagaimana mungkin aku akan sampai kpd tujuan DBAS ku. Aku akan capek dan sengsara diperjalanan... dan bisa habis bekalku
    sblm sampai kpd TUJUAN..
    Sdh jelas AQ dan sunah Rasul menuntun perjalanan hidupku agar aku dapat hidup benar dan selaras dgn kehendakNya..tapi kenapa msh saja aku suka mengikuti petunjuk yg salah?? dgn never stop Tafakur..petunjuk AQ dan sunah Rasulnya bisa jelas terbaca menghantarkan aku kpd jln yg benar selaras dengan kehendakNYA..sesuai dgn doaku "Ihdinashirotol mustakiiim". Bantu dan bimbing aku ya Allah , agar aku sampai kpd Tujuan perjalanan hidupku DBAS melalui AQ dan Sunnah RasulMU..Aamiin Yra. Salam DBAS❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya petunjuk jalan utamanya adalah tujuan
      dg sadar tujuan, belok ke kanan ataukah ke kiri ngga akan bingung lagi

      Hapus
  4. BIG FAILURE

    Kenapa aku belajar agama ?..... Karna aku tau kehidupanku ’ Tidak Lurus dan Mendatar ’ . Selalu kebingungan bahkan salah memilih begitu persimpangan dihadapanku.
    Persoalan – persoalan kehidupan ” Jadi Terang ” begitu aku menguasai ilmu Agama.

    12 tahun sudah aku belajar agama . Apakah aku sudah menguasai seluruh ilmu agama ?
    Stress ,galau , khawatir ,sedih bahkan marah adalah indikator kegagalanku .

    ” BILA TELAH MEMPELAJARI ISLAM TAPI TAK MAMPU MENGGUNAKAN AJARAN-AJARANNYA, TAK ADA KATA YANG PANTAS SELAIN DARI GAGAL ”. hidup DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang, ”BILA TELAH MEMPELAJARI ISLAM TAPI TAK MAMPU MENGGUNAKAN AJARAN-AJARANNYA, TAK ADA KATA YANG PANTAS SELAIN DARI GAGAL”
      kalo di sekolah indikator keberhasilan dari menuntut ilmu adalah penguasaan ilmunya (ditanya apapun dia bisa jawab), sedangkan kalo di agama indikator keberhasilannya bukan penguasaan ilmunya melainkan prakteknya
      kayaknya beda2 tipis, padahal ... sebaliknya!

      Hapus
  5. Iya ya..., pantesan aja aku suka kebingungan ketika berjumpa masalah , tak tahunya lantaran aku belum punya sikap hidup yang jelas....

    BalasHapus
  6. Aku pernah ga tau arah, aku pernah salah jalan, aku pernah nyasar, aku pernah ga tau kemana Tujuan aku. aku kebingungan sebenarnya tujuan aku mau kemana?. Itulah hidupku sebelum aku menemukan TUJUAN yg sebenarnya yg ingin aku tuju.

    Kalau aku mau "mikir" dan mau nanya arah tujuan aku, pasti ada yg memberi petunjuk jln yg benar dan kl aku ikutin arahnya pasti aku bisa sampai ke tujuan. Dan aku menemukan tempat utk aku bertanya, dan aku mengikuti nya.
    Sekarang aku punya TUJUAN, tujuan yg sebenar-benarnya, tujuan. Sekarang aku bisa merasakan, Kalau saja hidup ini belum ada Tujuan, Kalau saja qolbu ini belum punya kesadaran, Kalau saja jiwa ini kosong terus,
    Pasti semua ujian yg datang dianggap sebagai musibah
    Pastilah semua ketidak nyamanan diangggap ketidak adilan dari Sang Maha Kuasa
    Pastilah diri ini merasa sebagai orang yang paling sial....
    Pastilah diri ini sesumbar bahwa dirinya adalah orang yang paling malang
    Pastilah diri ini mencari pembenaran agar orang lain "simpati" dan "kasihan"....

    Alhamdulillah Allah telah memberi hidayah padaku untuk aku menentukan sikap, berupaya menjadi Taat dan mengikuti Aturan Main NYA. Dan aku menghampiri nya... Aku ingin mencapai tujuan ku DBAS.

    Harus aku sadari bahwa :
    Aku adalah pengembara diatas punggung usiaku. Aku adalah manusia yang diberi kebebasan untuk memilih jalanku. Aku adalah manusia yg harus mempertanggung jawabkan semua perbuatan ku. Aku adalah manusia yang kemampuan nya terbatas...
    Ya Rabb... Aku memilih jalanMU....

    Harus never stop Tafakur... Harus punya banyak kemampuan utk memudahkan aku menjalankan tugas sbg khalifah, harus mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya ... Sehingga bila waktunya tiba aku siap menghadapNYA..

    Sangat sulit memang karena jalan menuju ketempat tujuan aku itu penuh liku, berkelok, berkerikil tajam, bahkan ada jurang.
    Tetap berusaha istiqomah, terus mengisi jiwa ini dgn keyakinan-keyakinan yg Qur'ani, selalu sertakan Allah disetiap langkah. Membentuk jiwa menjadi tipe "orang arif" . Tanamkan keyakinan bahwa sesungguhnya Akhirat itu adalah jln menuju rumah kita, Surga adalah tempat yg paling baik dan kekal. Karena Surga dibentangkan bagi hambaNYA yg mempunyai kemampuan TAAT.

    Ya Rabb.. Bimbing hamba kedalam jalan keTaatan padaMu ... Dan jika waktu ku tiba kembali kepadaMu, jiwa ini akan datang padaMU dalam keadaan Tenang. Aamiin

    Salam DBAS Sahabat Jiwa
    Never Stop Tafakur

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo udah punya tujuan yg mantep, memilih mau belok kiri atau belok kanan ketika menemui persimpangan ternyata tidak sesulit yg dibayangkan
      misalnya kita punya tujuan mau pergi ke Pondok Indah Mall, walaupun utk sampe ke sana ketemu dg sepuluh persimpangan, tapi gampang aja kan menentukan pilihan belok kiri atau belok kanan, 'tul ngga?

      Hapus
  7. Contoh dari 'persimpangan kehidupan" itu apa sich pa ?

    BalasHapus
  8. Contoh dari "persimpangan kehidupan" itu misalnya saja ketika keinginan tidak tercapai, ketika sakit tak kunjung sembuh, ataupun ketika dihujat sesat, buanyaaak lagiii deh …

    BalasHapus
  9. benar bangeet pak..klu sdh SADAR tujuan...tdk akan sesat atau binggung ktk ketemu persimpangan..langkah akan mantap menuju tujuan..utk tdk tersesat dan binggung ktk ketemu persimpangan...satu caranya...punya tujuan...benar kata bapak...mulailah kegiatan dr tujuan...krn awsl akan menentukan akhir,salah diawal awal malapetaka...never stop tafakur...mantap BANGEET DBAS..

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.