Mutiara Tauhid Renungan #159
AGAMA VS PEDOMAN HIDUP


Agama adalah bahasa lain bagi Pedoman Hidup.

Apa ciri khasnya?
Ini dia, pedoman hidup adalah suatu ajaran yang dimaksudkan “BUAT AKU BUKAN BUAT KAMU.”

“Percuma aja kamu rajin mengikuti pengajian kemana-mana, baru aku tipu segitu aja udah marah mestinya ikhlas dong ..”
“Koq kamu marah-marah kalo aku mau kawin lagi, itu takdir tahu! Ngaku Islam tapi koq ngga mau menerima ketetapan-Nya!”

Saatnya menyadari …, menjadikan ajaran agama sebagai dalil untuk menuding orang lain adalah keliru besar!

HANYA ORANG KURANG “MIKIR” YANG MENJADIKAN DALIL AGAMA GUNA MENYERANG ORANG LAIN






Gambar:www.pixabay.com






12 komentar:

  1. MAKIN BELAJAR MAKIN NGAWUR

    Ajaran agama Islam itu sama dengan ajaran ilmu - ilmu yang lain yaitu saat kita mempelajarinya HARUS BERJENJANG. Coba diingat –ingat dulu waktu belajar ilmu matematika ....apakah langsung masuk ke pelajaran perkalian dan pembagian , tentunya tidak ....pasti dimulai dari mengenal angka . Betul .....?
    Dalam belajar ilmu selain agama sudah banyak orang yang sadar arti kata berjenjang . Bagaimana dengan belajar agama Islam........Apakah banyak yang menyadarinya?

    Gara-gara gak sadar ILMU AGAMA ITU BERJENJANG :

    1. Semakin belajar agama bukannya makin terang malah semakin bingung .........bukannya nanya malah bilang pengajiannya sesat
    2. Berani melakukan belajar agama / ikut tafakuran ON- OFF.
    3. Tidak mungkin fokus dan konsisten. Pedoman hidup hanya sebagai JARGON

    4. Belum memahami tujuan DBAS , keyakinan menentukan sikap , aku adalah jiwa , AQ pedoman hidup, Sifat Allah...........tapi pertanyaannya langsung ke takdir . Ilustrasinya seperti baru belajar penjumlahan dan pengurangan tapi nanya akar-akaran. Cape deh.........

    5. Belajar agama itu untuk supaya aku nambah taat....eh malah untuk untuk kamu yang jadi taat . Gak sadar Agama itu arahnya ke aku bukan kamu.

    6. Tidak bisa melakukan apalagi menikmati ajaran Islam seperti sabar ,ikhlas , pasrah dll ,dengan kata lain gagal dalam belajar agama islam , tidak ada rasa malu , kecewa , tidak ada upaya untuk lebih giat lagi dalam belajar....malah jawabannya Allah cinta Proses ( gagal di kontekstual ) , kemungkinan besar saat pelajaran ini bolos .

    7. Santai saja tidak pernah benar semua dalam menjawab soal2 questionnaire. Terbukti salah semua, tapi tidak ada pertanyaan , bahkan jadi waktu untuk bisa lebih telat 10 menit hadir di tafakuran. Coba direnungi ... Kalo jawab ini saja gak lolos bagaimana bisa ikut pelajaran seterusnya .......emang ada ya gak pernah lulus ujian SD tapi duduk di bangku SMP. Anda Sehat?

    8. ..........................................................( mangga ditambahkan , khawatir kalo saya lagi yang isi disangkain lagi curhat #talkmyself.hidup DBAS )

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju, jenjang pertamanya adalah sadar bahwa agama itu “BUAT AKU BUKAN BUAT KAMU”

      Hapus
  2. Iya ya …, selama aku belum sadar kalo agama itu sebenarnya adalah pedoman hidup, pastilah aku akan sering menuding orang dengan dalil agama

    BalasHapus
  3. Kalo gitu make dalil agama utk kampanye salah dong?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, itu sih tergantung niatnya
      Kalo dia sadar hanya utk mengingatkan umat, tanpa pamrih ingin memenangkan partai politik atau orang tertentu, ya ngga salah. Dakwah ditujukan untuk Allah, bukan untuk kepentingan parpol atau orang!

      Hapus
  4. Banyak sekali pak, termasuk suami saya, yg memakai dalil agama agar orang lain ikhlas, berserah diri, ataupun menerima takdirNya atas kejelekan perangainya. Naudzubilah mindzalik!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah kalo gelap, orang bongkok disangka udang!

      Hapus
  5. Bahaya banget ya pak kalo tidak menyadari agama itu sebenarnya sama aja dengan pedoman hidup, dalil agama seringkali ditujukan ke orang lain bukan ke dirinya

    BalasHapus
  6. Allah turunkan aku ke dunia agar aku bisa bahagia di semua alam... Karena itu tujuan hidupku, maka aku harus berhenti 'outsourcing' my happiness... dan rela ikuti petunjuk-Nya #talktoself

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he..he... i like it : berhenti 'outsourcing' my happiness

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.