Mutiara Tauhid Renungan #68
MELEBIHI MALIN KUNDANG

Aku adalah sang jiwa.
Untuk bisa berada di dunia aku dititipkan-Nya pada pasangan ayah dan ibu. “Orang tua” sejatiku bukanlah mereka, tetapi DIA yang menciptakanku.

Aku taati maunya ayah dan ibuku karena aku takut sekali menjadi anak durhaka. Sementara, aku seringkali tidak mentaati maunya “orang tuaku.” Padahal durhaka pada ayah dan ibu saja sudah terbayang apa akibatnya, apalagi bila durhaka pada “orang tua” ...



“SESUNGGUHNYA KEBANYAKAN DARI MANUSIA ITU ‘TERTIDUR’ DAN BARU TERBANGUN KETIKA IA MATI,”  apakah ini yang dimaksud oleh Nabiku yang mulia empat belas abad yang silam?


Gambar : www.dreamstime.com


8 komentar:

  1. Iya ya...kalo ga nurut pada ayah dan ibu aja udah dicap bandel, apalagi kalau ga nurut sama yang menciptakan kita, dicap kafir juga kayaknya udah kebagusan.....

    BalasHapus
  2. AKU ADALAH KALBU YANG LELAP

    Walaupun sudah kutahu mengurus kalbu prioritas utama dibandingkan urus jasad , tapi rasanya aku belum pernah ngotot membersihkan dan mengkilapkan hatiku sengotot aku membersihkan & mengkilatkan wajahku ......... Sudah begitu mahir aku berteori ,sudah banyak sms / wa/blog yg mengingatkanku ......tapi ......? Rupanya yang baru pandai jasadku ....bukan kalbuku !

    Pantes MAJIKANKU sudah teriak2 mengingatkanku dan mengarahkanku , Aku gak denger. Wong .............AKU (KALBU ) LAGI TIDUR LELAP.
    hidup DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. persoalannya adalah bgmn jangan sampai mengulang "kekurangajaran" Malin Kundang
      kalo menganggap sambil tidur lelap juga bisa ya terusin aja deh tidurnya ... sampai jumpa dg Malin Kundang di ..???

      Hapus
  3. Ya Allah... ampuni aku ya Allah....
    Ternyata aku jauh lebih buruk dari si Malinkundang, tapi Engkau tetap saja mencintai aku. Tak pernah bosan Engkau "menasehati" aku si jiwa bebal.

    Mengenang perbuatanku pada ayah ibu menimbulkan penyesalan yang sangat... Tapi bagaimana sikapku manakala diingatkan akan pembangkangan pada aturan-Mu?
    Duh Gusti.... betapa beraninya aku merespon dengan cengengesan bahkan kadang tertawa tanpa penyesalan.

    Bangun jiwa! Jangan sampai Allah "mengutuk" dengan mengunci mati hatimu.

    BalasHapus
  4. Malin Kundang oleh ibunya dikutuk jadi batu
    Bagaimana ya bila Allah "mengutuk" dengan mengunci mati hatiku?
    .... oh, pastilah menyesal tak pernah henti mengapa aku pernah ada

    BalasHapus
  5. Iya yaaa pak...kalau aku tidak menyadari aku yg sesungguhnya yang mana, bahayanya luar biasa yaaa..
    langsung terbayang "parah"nya aku dulu. Semua untuk orang tua, seolah-olah Tuhan ngga ada.
    Tanpa perenungan/tafakur yang mendalam mana mungkin aku bisa menyadari ini? Pasti aku tertidur terus.

    Hmm...semakin terasa betapa pentingnya "mikir" bagi orang yang tujuannya berperilaku selaras dengan Kehendak-Nya.
    Alhamdulillah...terima kasih pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. semua untuk ayah dan ibu, seolah-olah ngga punya "orang tua"
      sekolah untuk ayah dan ibu, bukan untuk "orang tua" ( ibadah ) ...

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.