Mutiara Tauhid Renungan #55
1000 x LEBIH PENTING

Empat belas abad yang silam Nabi kita yang mulia pernah memberikan petunjuk, “DI DALAM DIRI MANUSIA ADA SEGUMPAL DAGING. BILA DAGING ITU BAIK MAKA AKAN BAIK PERILAKUNYA. ‘DAGING’ ITU ADALAH KALBU”

Di zaman kini, dimana kita merindukan orang2 yang berperilaku akhlakul karimah, petunjuk Nabi tersebut bila dikaji kembali hasilnya mungkin akan membuat kita kaget, ternyata SERIBU KALI LEBIH PENTING MENGURUS KALBU KETIMBANG MENGURUS AKAL!



Selama ini kita terbalik!

Sebetulnya sejarah juga sudah mencatat, mereka yang rajin mengurus akal ( bahkan sampai level doktor ) tidak pasti mencerminkan akhlakul karimah, tapi yang pasti mereka banyak yang ahli dalam “akal-akalan.”

Nah, apakah kesalahan akibat kurang “mikir” ini akan kita wariskan juga pada anak2 kita?
Jangan dong ah …
  

Gambar : www.pixabay.com

22 komentar:

  1. AKU ADALAH KALBUKU

    Bagaimana aku bisa hidup kalau tidak ibadah , KARENA IBADAH ADALAH MAKANAN KALBUKU.

    Bagaimana aku bisa diobati kalo tidak fanatik sama Al-Quran. KARENA AL-QURAN ADALAH PEDOMAN KALBUKU

    Bagaimana aku bisa melihat kalo gak tafakur . KARENA TAFAKUR ADALAH SENTER YANG MENERANGI KALBUKU.

    Bagaimana aku bisa bersih kalo kutolak ketidaknyamanan , KARENA KETIDAK NYAMANAN ADALAH PENGKILAP KALBUKU

    Kusadar kenapa aku selama ini masih takut , kecewa , galau , was-was bahkan marah . KARENA ARAHKU TERBALIK .
    Yang kuberi makan ,kubersihkan , kuobati dan kuterangi , kuprioritaskan adalah jasadku bukan kalbuku .

    Sehingga aku sering salah pake 'alat' dalam membaca ujian - ujian Allah yang sebenarnya untuk kalbu . Dikarenakan Akalku lebih pintar dan dominan.

    Memang benar ........
    SERIBU KALI LEBIH PENTING MENGURUS KALBU KETIMBANG MENGURUS AKAL!. Hidup DBAS



    BalasHapus
    Balasan
    1. ah, alangkah jadi indahnya Indonesiaku andaikata kesadaran ini merata di seluruh rakyat Ind ....kapan ya?

      Hapus
    2. SEGERA PAK .......ASALKAN MEREKA MAU MIKIR.

      Hapus
    3. kalo gitu pertanyaannya diganti, kapaan ya mereka mau "mikir"nya ..?

      Hapus
    4. SEGERA PAK .........KETIKA MEREKA MENYADARI MAKNA HIDUP INI DAN TIDAK RELA JADI SAPI ..........Sebelum ditanya lagi kapan mereka memaknai hidup dan tidak rela jadi sapi ..........SEGERA , KALO MEREKA TAFAKUR. Hidup DBAS

      Hapus
  2. Iya ya....selama ini kita terbalik...pantesan, pantesaaaan....negeri dengan jumlah muslim terbesar tapi nomor 140

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang begitu sunatulahnya, apa pun yg terbalik pasti deh kacau ..
      apalagi kalo terbaliknya jauuuh bangeet
      harusnya yg diurus lebih banyak kalbu tapi ini malah akal, kira2 berapa derajat ya menyimpangnya ..?

      Hapus
  3. Jadi apakah maksudnya Pak Permadi menyuruh orang sekolah ke pesantren aja daripada ke sekolah umum? Nanti yang jadi menteri ustadz semua dong ? Apa bapak gak takut kaya Afganistan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he..he.. saya kan tdk nyuruh begitu, baca deh pelan2 renungannya ..
      di pesantren juga yg dominan dipake juga akal koq ketimbang kalbu

      Hapus
  4. Apa untuk pelajaran awal kudu dimulai antara lain bahwa kenyamanan dan ketidaknyamanan hrs sama rasanya ?. Seperti pergantian siang dan malam kan ga ada yg protes. Jadi dari awal ruh ditempatkan di alam dunia maka kalbu yg dibuat dominan untuk berpikir. Selama ini kan akal dulu yg diutamakan di asah..sehingga kalbu nyaris tertidur lelap.Tapi siapa yg mau memulai kalau bukan dari aku dulu ?.....tafakur is to be done all the time...no matter what I ve to do it. Tafakur is the best way to reach DBAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. mengasah akal tidak salah, karena diperlukan sebagai kalifah (wakil Tuhan) untuk mengelola dunia. tapi fungsi manusia kan bukan mengelola dunia saja ..

      Hapus
  5. Apakah bisa diartikan bahwa dengan olah rasa mikir yg terus menerus aku lebih bisa mengetahui akan kebutuhan jiwa dan akal secara proporsional, pak ? Yg tentunya ttp berpedoman kepada Al Quran dan Sunnah.

    BalasHapus
  6. Iya yaa..., kalaulah mengisi kalbu ini belom menjadi sesuatu yg penting maka sudah bisa dipastukan ilmu agama yang aku pelajari hanya nyangkut sampai ke otakku saja...,meskipun siang dan malam aku belajar agama,alhasil sikap yang akhlakul karimah memang ndak akan pernah keluar dariku..

    Tapi gimanalah aku akan sibuk mengurus kalbu dengan cara bertafakur kalau keinginan akan dbas itu belum jadi yang terpenting...

    BalasHapus
    Balasan
    1. penting atau tidak penting akan melahirkan prioritas
      sedangkan penting atau tidak penting yg jadi ukurannya adalah tujuan
      tanpa adanya suatu tujuan, bisa jadi semuanya dianggap penting atau bisa jadi juga semuanya dianggap ngga penting

      Hapus
  7. Benar sekali pak... ini dia penyebab akhlak saya masih jeblok aja. Salaaah selama ini merenungnya.... Seharusnya merasa-rasa (utamanya kesalahan diri), bukan menganalisa.. Yg dianalisa sikap orang lain lagi, ampuuun deeeh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo menganalisa pasti dipikir-pikir bukannya dirasa-rasa
      kata mang Kabayan dirasa-rasa dg dipikir-pikir bedanya mah tipis, cuman sebaliknya doang! he,,he,,he..

      Hapus
  8. Menyadari arti hidup..semakin terasa perbedaannya akal dan kalbu.. Selama ini yg dipakai ternyata akal, makanya jadinya solusi, mengkritisi, menghakimi,dsb..tapi ketika yg dipakai kalbu..terasa ternyata..untuk apa si aku ini diciptakan, mau kemana, mau ngapain sih di dunia ini???
    Pantesan..ingin taat tp gak bisa..krn yg dipakai akal terus..jd hanya pintar..bukan sadar..

    Pertanyaan terbesarku terjawab, ketika kalbu sudah mulai merasakan sedikit demi sedikit .. Memang tidak mudah..krn butuh fokus & konsisten..tp ketika ingat bahwa Allah lihat proses, bukan hasil..aku jd semangat berjuang untuk mengentalkan tujuanku..
    Tanpa menyadari adanya kalbu,tidak akan terjadi perubahan..
    Tanpa tafakur, tidak akan pernah bisa taat..

    BalasHapus
  9. Akal seyogyanya dicerdaskan dengan memperdalam ilmu ilmu agama sehingga bisa menjadi pondasi yg baik dalam mencerdaskan kalbu.

    Dalam tafakur memang kita harus menutup akal jika kita mau memaximalkan kalbu.
    Itu mutlak hukumnya.

    Karena dalam kehidupan, kita sebagai manusia tidak bisa terus2an memakai kalbu, sudah sunatullah akal juga pasti kita pakai.

    Dengan kalbu yang berisi tafakur dan akal yg berisi ilmu pengetahuan agama , insya Allah DBAS akan tercapai ..aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. akal kita pakai waktu menuntut ilmu, yaitu memasukan ilmu ke otak,
      sedangkan kalbu kita gunakan waktu tafakur, yaitu menurunkan ilmu yg ada di otak ke dalam kalbu

      Hapus
  10. Bentengilah akal dengan ilmu agama, dan isilah kalbu dengan tafakur.
    Hiasi iman dengan taat.
    Insya Allah selamat dunia akhirat

    Bener gak pak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. isilah akal dg ilmu agama,
      isilah kalbu dg keyakinan ilahiyyah
      Bila kalbu terisi dg banyak keyakinan ilahiyyah, otomatis taat ke luar dg sendirinya,
      bila taat otomatis dunia bahagia akhirat surga

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.