Mutiara Tauhid Renungan #41
TERBALIK

Normalkah bila memburu rezeki dijadikan nomor satu, sementara memburu amal soleh dijadikan nomor dua?


Normalkah untuk sesuatu yang sudah dijamin pasti akan aku dapatkan ia aku kejar mati-matian, sementara yang tak dijamin akan aku dapatkan ia aku kejar sekenanya? 

Allah sudah menjamin rezekiku, bagaimana dengan surga : sudah dijamin-Nya kah aku kelak akan tinggal di sana?



Gambar : pixabay.com

16 komentar:

  1. Kayaknya semua orang tahu kalo dirinya "terbalik" tapi tak sanggup memperbaikinya , kenapa ya pak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. terpulang kembali pada kesadaran ...
      kalo orang masih malu2 kucing pengin surga, ya seperti kucing lebih suka daging mentah ketimbang steak

      Hapus
  2. Wah dalam pak jawabannya......hehehe

    BalasHapus
  3. Bila janji2 Allah sekedar berita , BELUM TERPEGANG OLEH JIWA , ya beda tipis deh dengan keinginan Allah ,sayang tipisnya 180 derajat . jadi gelap deh mana yang harus dikejar mati2an dan mana yang gak perlu diinginkan . Hidup DBAS.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, bila janji2 Allah BELUM TERPEGANG OLEH JIWA lahirlah kekeliruan2 itu ....

      Hapus
  4. Butuh banyak kesadaran utk bisa hidup normal... Yaitu hidup selalu ibadah..
    Mengkonversi waktu menjadi peluang amal soleh...

    Makin terasa pak,
    Pentingnya kesadaran akan tujuan utk apa aku di ciptakan dan apa tujuan yg ingin aku raih...

    Semakin dalam rasanya
    Mulailah setiap kegiatan dari tujuan...

    Rasulullah juga dengan gamlang bersabda,
    bila engkau mencari kehidupan dunia maka engkau akan dpt dunia, tapi bila engkau mencari kehidupan akhirat kau akan dapatkan dunia dan akhirat...

    Rezeki sudah di jamin Allah,
    Tapi surga tergantung pada diriku sendiri...

    Tanpa kesadaran bagaimanalah mungkin jiwa ini mampu mengejar kehidupan akhirat

    Kesadaran hanya bisa aku dapatkan dgn tafakur...!

    Dengan tafakur yg mendalam terus menerus... Baru bisa jiwaku normal...
    "Mengejar amal soleh"...

    Hanya dengan Tafakur jiwaku mampu sadar setiap kegiatan yg lakukannya karena Allah semata...
    Lillahi ta'ala...

    Hanya dengan tafakur jiwa mampu menikmati setiap perbuatan yg menjadikannya amal soleh

    Alhamdulillah
    Alhamdulillah...

    Terima kasih bapak...'perenungan' ini luar biasa membagunkan kesadaranku utk terus bertafakur, meluruskan niat setiap saat dimanapun di alam ujian ini...

    Mengejar amal soleh otomatis bila kesadaranku memadai...

    Salam 😇

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, dengan tafakur yg mendalam bersandarkan Alquran dan sunah Rasul (dan meninggalkan persepsi ajaran lingkungan) baru bisa jiwaku normal ngga terbalik-balik lagi ...
      alhamdulillah ..

      Hapus
  5. Hari gini belum NORMAL. kasian dech lo...#talktomyself. Hidup DBAS

    BalasHapus
  6. Dalam kondisi gelap krn ketidaktahuan akan semakin gelap karena ga mau nyari dan ga mau mikir.Jiwa yg hrs "diisi" malah diabaikan. Atau krn raga yg terlihat jadi hanya raga yg diisi ?. Kalau mau mikir aja !!! ....seandainya jiwa tdk perlu diisi knp jiwa ini menjadi sangat sakit ketika ketidaknyamanan terjadi ?...kalau sadar iniii aja dulu deh..kan jiwa dulu yg penting untuk dijaga. Menjaganya yaa hanya dengan perbanyak keyakinan.2 illahiyah. Ini kudu extra kuat untuk menjalankannya. Dengan banyak keyakinan jiwa jadi bahagia amal soleh lancar dan ini sesungguhnya bekal yg kita cari untuk menuju ke alam berikut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo kalbu ngga diisi pasti sering bilang begini : "sakiiitnya tuh di siniiii ..."

      Hapus
  7. Dari jawaban bapak pada Pak Fuad Fuadi , aku mau tanya : emang ada orang yg malu-malu kucing ingin surga ? kalau pun ada emangnya kenapa gitu ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. "nendang" atau tidaknya suatu kebenaran bagi jiwa masing2 orang berbeda. Misalnya saja, "BILA MUSIBAH DATANG BERKUNJUNG IA SELALU MEMBAWA SETIP PENGHAPUS DOSA."
      Bagi yg ingin banget surga kebenaran ini akan terasa "nendang"nya shg ia bisa pasrah bahkan bersyukur.
      Tapi bagi yg malu2 kucing pengin surga, boro2 bakal "nendang" .. jangan2 paham juga kagak...

      Hapus
    2. Pantesan pak , bagiku renungan2 bapak ini sesuatu bangeeet tapi ketika aku share ke temanku yang tujuannya kata dia ingin bermanfaat bagi banyak orang, eh tanggapannya datar aja tuh.....bener pak, boro2 "nendang"mau buka lagi web bapak ini juga udah kebagusan......

      Hapus
  8. yg menyebabkan rasa "sesuatu" itu jadi berbeda, krn tujuannya berbeda
    begitulah sunatulahnya, hujan dianggap baik oleh petani tapi dianggap buruk oleh yg lagi hajatan ..
    renungan mengenai neraka pasti dianggap sampah oleh yg agamanya Hindu, krn Hindu kan ngga mengenal adanya neraka

    BalasHapus
  9. Jiwa gelap karena ngga mau 'mikir' ngga bakalan sadar kalau yg selama ini diburu mati-matian (harta,jabatan) justru yang nantinya bakal ditinggalkan.
    Sedangkan amal soleh jelas-jelas yang akan dibawa mati ogah-ogahan meraihnya.
    Tanpa tafakur surga semakin jauuuhhhh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. tafakur sih tafakur, tapi yg dikedepankan bukannya penggunaan kalbu tapi otak
      harusnya dirasa-rasa eh malah sukanya dipikir-pikir ...
      yg namanya TERBALIK memang seharusnya ngga bener ...

      Hapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.